JEJAK

galih faizin
Chapter #14

Bersama Jessika

Kami duduk di ruang tamu. Tampak canggung. Aku belum pernah dikunjungi oleh seorang teman, perempuan ataupun lelaki selain Rani, teman kecilku yang sekarang kabarnya tidak kuketahui.

"Kau ternyata penurut. Apa aku salah?"

"Apa yang membuat kau mengatakan itu?"

Jessika hanya tersenyum.

"Orang tua sudah seharusnya dihormati. Apa aku salah?" tanyaku.

"Tidak, kau sangat benar."

"Boleh aku bertanya?" tambahnya.

"Kau tidak harus izin jika sedang berbicara denganku."

"Di mana orang tuamu?"

"Ayah dan bundaku berpisah. Aku di sini bersama ayah. Dia sedang tidur."

"Maaf tentang pertanyaannya. Pertanyaan yang tidak seharusnya diucapkan."

"Jika kau tidak menanyakannya, kau tidak akan pernah tahu karena aku tidak berniat memberi tahu siapa pun."

Terdengar sesuatu terjatuh. Suara benda.

"Tunggu sebentar," kataku sambil bangkit kemudian meninggalkannya.

Aku membawa ayah ke kamar mandi, mendorong kursi rodanya. Ketika kembali Jessika sudah ada di ruang tengah.

"Maaf, aku pikir sesuatu telah terjadi," kata Jessika terlihat kikuk.

"Ini ayahku."

Jessika mendekat, membungkuk sopan, mengambil tangannya yang kaku dan bengkok kemudian menciumnya.

Ayah berbicara. Jessika menolehku.

"Ayah senang bertemu denganmu," jelasku. "Maaf...." Aku mendorong melewatinya (membawanya ke kamar)

Ketika membaringkannya di tempat tidur, ayah tampak tersenyum.

"Hanya teman," kataku.

Kami kembali duduk di ruang tamu.

"Kau selain penurut juga baik."

"Kau berlebihan."

"Tidak baik mengatakan sesuatu yang tidak benar."

"Kau mengutip kata-katanya."

"Dia oma yang menyenangkan."

"Dan aku laki-laki yang kasar."

"Hah?"

"Maaf."

"Untuk apa?"

"Aku tak seharusnya bersikap kasar padamu."

"Lupakanlah. Tak baik mengingatnya."

"Kau perempuan mandiri, kontradiktif dengan penampilanmu."

"Ada apa dengan penampilanku?"

"Terlihat seperti perempuan manja."

"Ah, kau. Terserah."

"Kau berbicara dengannya. Apa kalian sudah baikan?" tambah Jessika bertanya.

"Siapa pun tak ingin mempunyai musuh."

"Dia kakakku satu-satunya. Baik sekali. Kau harus berteman dengannya, Robert."

"Apa yang membuatmu mengunjungiku?" Aku mengalihkan pembicaraan.

Lihat selengkapnya