JEJAK

galih faizin
Chapter #18

Pergi

"Apa kau sudah mendengar bahwa Maria menolak cintanya Rangga," kata Ipan di suatu pagi.

"Bukan rahasia umum," tambahnya. "Dia mengatakannya di depan orang banyak. Pemberani. Sungguh pemberani."

Ketika istirahat aku mengajak Ipan bergabung dengan Jessika di kantin. Ipan terlihat senang dan juga ragu. Kami duduk di meja panjang tengah. Aku bersebelahan dengan Ipan, Jessika dan ketiga temannya di depan kami.

"Menyenangkan bukan," kata Jessika padaku. "Kau baru saja telah memutuskan sesuatu. Hal yang menurutmu baik dan yang kau yakini."

"Kau percaya dengan takdir?" tanya Ipan begitu saja pada Jessika. Ketiga temannya saling pandang.

"Sangat percaya."

"Kalau begitu tidaklah perlu kita memutuskan karena takdir tidak akan berubah."

Jessika tertawa pelan. "Kau tidak seperti biasanya. Aku tahu kau laki-laki cerdas, Ipan. Tetapi kenapa bertanya seperti itu. Tidak pantas kalimat itu keluar dari mulut laki-laki sepertimu."

Ipan menolehku, kedua ujung bibirnya tampak tertarik ke atas.

"Benar kata Robert."

"Apa yang sudah temanmu katakan?"

"Orang tidak akan benar-benar mengenalmu jika tidak bercakap-cakap langsung."

Dan hari-hariku mulai berubah. Aku mulai terbiasa makan di kantin bersama Jessika dan teman-temannya. Dan tampaknya Ipan senang ikut bergabung dengan kami.

Di sekolah aku paling buruk dalam hal olahraga. Sering aku dan Ipan duduk di pinggir lapang hanya untuk menonton teman-teman bermain. Sungguh pelajaran yang membosankan.

Aku kembali ke kelas lebih awal daripada yang lain. Di dalam ada Maria, dia tidak mengikuti pelajaran olahraga.

"Apa yang sudah terjadi padamu?" tanyaku, sudah ada di depannya.

"Tak ada."

"Aku tidak tahu kesalahan apa yang pernah kuperbuat sampai kau bersikap seperti ini. Jika tentang pengakuan waktu itu... bukankah tidak salah mengatakan hal yang benar."

Maria tidak menjawab.

"Kau gampang sekali berubah."

Maria menunduk.

"Kau terlihat seperti mempunyai masalah."

Lihat selengkapnya