Jejak Aliana

Zakiya NW
Chapter #3

Bab 3 Jalan Rusak

"Mafia tanah .... Investasi bodong …,”gumam Aliana sembari menghadap layar laptop yang belum dinyalakan.

Beberapa detik merenung, laptop pun dinyalakan lalu menuju ke mesin pencarian.

Mengetik, penyebab mafia tanah berhasil menjalankan aksinya.

Beberapa menit memproses setelah beberapa kali mencoba ulang karena koneksi internet yang cukup sulit, akhirnya bisa menampilkan banyak bacaan yang cukup menjawab semua pertanyaan Aliana. Membacanya dengan detail, menghabiskan waktu selama seperempat jam.

Aliana mulai bermonolog, “Kenapa mafia itu tahu kalau tanah itu milik wanita yang minim pengetahuan? Pada dasarnya, target mafia tanah memang orang yang mudah dibodohi dan tanah yang terlihat nggak terawat ...."

"Samping tanah peninggalan Bapak yang tentu udah jadi milik Ibu, juga ada tanah yang sengaja dikosongkan .... Bahkan, pemiliknya tetangga desa yang beli tanah di desa ini .... Tapi, tanah itu milik Pak Berto, PNS Guru ...."

"Dari banyaknya tanah di sini, kenapa harus tanah Ibu?"

"Di sini ada artikel yang menerangkan jika kemungkinan ada keterlibatan orang dalam, sehingga mafia tanah bisa lancar menjalankan aksinya, hmmm ....." Tangan kiri Aliana menangkup dagunya. Sedangkan, tangan kanannya menggulir touchpad laptop.

Aliana mulai membaca lagi. "Modus mafia tanah sering melibatkan oknum-oknum tertentu, salah satunya orang dalam dengan tujuan mempermudah proses ilegal tersebut."

"Hmm ....." Berpikir tentang ini, sampai membuat kedua alisnya hampir tertaut.

Pandangannya tertuju ke arah gorden usang di kamarnya. "Jika benar ada keterlibatan orang dalam, sehingga para mafia tanah bener-bener tepat sasaran, orang dalam itu kemungkinan dari pengurus BPN langsung, Notaris, Perangkat Desa, atau bahkan, mungkin ketua RT?"

Menghela napas panjang. Mengambil gelas berisi air putih di sampingnya lalu meneguk pelan.

"Tanah itu jika dijual harganya sangat mahal .... Ya karena letaknya strategis.... Kasus mafia tanah kenapa hampir bersamaan dengan investasi bodong itu ya?"

"Jangan bilang, Ibu juga korban investasi bodong itu?" Spontan, Aliana berdiri dari duduknya.

Keluar kamar, mendatangi Bu Mira yang sedang mencuci sayuran untuk persiapan berjualan mie ayam besok hari.

"Ibu," panggil Aliana.

Bu Mira menjeda aktivitasnya, menoleh ke arah putri satu-satunya yang sudah tumbuh dewasa itu.

"Iya, ada apa Aliana?"

"Ibu ikut investasi yang ditawarin dua lelaki berpakaian rapi nggak?" tanya Aliana to the point.

Ditanya seperti ini, membuat Bu Mira meletakkan pisau yang ada di genggaman, menghadapkan seluruh tubuh ke arah Aliana.

"Investasi itu apa?"

"Kalau misalnya Ibu ngasih uang seratus ribu, bisa balik seratus sepuluh ribu. Yang promosiin dua lelaki pake baju rapi. Ibu ikut nggak?" ulang Aliana.

Bu Mira menggelengkan kepala.

Lihat selengkapnya