JEJAK DI BAWAH REMBULAN

bangberutu
Chapter #1

Bab 1: Awal Mula


Bab 1: Awal Mula


Amira selalu merasa ada sesuatu yang berbeda dengan malam purnama di desa kecilnya. Setiap kali bulan purnama muncul, desanya yang sepi berubah menjadi tempat yang penuh dengan bisikan angin dan bayang-bayang misterius. Pada malam itu, seperti biasa, Amira duduk di beranda rumah kayu sederhana milik keluarganya, menatap langit yang cerah. Bulan purnama bersinar terang, menggantung di atas pepohonan tinggi yang melingkari desa.


“Nenek, apa benar ada jejak yang muncul di bawah rembulan?” tanya Amira, suara lembutnya terpotong oleh angin malam yang berdesir. Ia menoleh ke arah neneknya yang sedang duduk di kursi goyang, wajahnya dipenuhi keriput, namun matanya masih tajam seperti dulu.


Neneknya tersenyum, wajahnya mengingatkan Amira pada masa-masa kecilnya, saat ia mendengarkan dongeng-dongeng sebelum tidur. “Jejak itu hanya muncul pada malam tertentu, Amira. Setiap kali bulan purnama datang, jejak itu akan terlihat, hanya bagi mereka yang percaya.”


Amira mengerutkan kening, merasa skeptis namun juga penasaran. “Tapi, kenapa hanya beberapa orang yang bisa melihatnya?”


“Karena jejak itu bukan hanya jejak biasa, nak,” jawab neneknya pelan, matanya menerawang jauh, “Ia adalah tanda, sebuah panggilan yang hanya bisa didengar oleh mereka yang memiliki takdir tertentu. Takdir yang tak bisa lari dari mereka.”


Amira memandang bulan, hati kecilnya bertanya-tanya. Apakah ia salah satu yang dimaksud neneknya? Takdir apa yang akan menunggunya? Sejak kecil, Amira selalu merasa ada sesuatu yang menariknya ke luar desa, menuju dunia yang lebih besar dari kehidupannya yang sederhana ini.


“Jangan terlalu banyak bertanya, Amira,” lanjut neneknya, “Biarkan waktu yang mengungkapnya. Semua ada waktunya.”


Namun, kata-kata nenek itu malah membuat Amira semakin penasaran. Apa yang harus ia lakukan jika jejak itu benar-benar muncul? Apa yang akan terjadi jika ia mengikuti jejak itu? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya, tapi malam itu ia memutuskan untuk tidak bertanya lagi. Ia hanya duduk diam, merasakan angin malam yang sejuk, berpikir bahwa mungkin semua itu hanya legenda, sebuah cerita tua yang tak lebih dari sebuah hiburan.


Lihat selengkapnya