Hujan menetes deras di atas atap sebuah vila tersembunyi di kaki Gunung Salak. Di dalamnya, suara ketukan keyboard terdengar berpadu dengan detak jantung seorang wanita muda bernama Ayla, mantan peretas elit yang kini hidup dalam pelarian.
Layar laptopnya memperlihatkan sebuah dompet digital dengan saldo: 7.412 BTC. Jumlah yang cukup untuk menggulingkan sebuah negara kecil.
“Waktu kita habis,” suara dalam panggilan terenkripsi bergetar di telinganya.
“Belum,” balas Ayla pelan. “Aku hampir masuk ke cold wallet utama milik Rezim K. Setelah ini, mereka akan kehilangan semua dana rahasia mereka.”
Rezim K—kelompok bayangan yang mengontrol lalu lintas uang gelap dunia: dari emas batangan di Swiss, hingga kode crypto di blockchain tersembunyi. Dan Ayla punya alasan pribadi membalas mereka. Ayahnya, seorang ekonom bersih, dibunuh lima tahun lalu oleh mereka. Kini, balas dendamnya sudah di ambang kenyataan.
Namun malam itu berbeda.
Seketika pintu vila diledakkan dari luar. Asap memenuhi ruangan. Ayla mengayun tubuhnya, mengambil hard wallet-nya lalu menyelipkannya ke dalam sepatu bot. Suara langkah kaki berat menggema di lorong.
Empat pria bersenjata lengkap masuk. Di antara mereka berdiri seorang pria berjas hitam, wajahnya tampan namun tatapannya dingin seperti baja.
“Ayla Fadhilah,” katanya dengan suara tenang. “Akhirnya kita bertemu.”
Ayla menyipitkan mata. "Kau siapa?"
“Aku Reyhan... tangan kanan Rezim K.”
Suasana menjadi hening sesaat. Reyhan melirik layar laptop lalu mendekat.
“Serahkan wallet-nya. Atau aku paksa.”
Ayla mencibir. “Datang-datang langsung ancam, tidak menarik.”
Reyhan tertawa tipis. “Kau cantik, tapi keras kepala. Aku suka.”
Tanpa aba-aba, Ayla melemparkan granat flashbang kecil. Cahaya menyilaukan meledak, membuat para penjaga terkejut. Dalam hitungan detik, Ayla melompat keluar jendela ke hutan lebat di belakang vila.
---