Jejak Embun

Freddy San
Chapter #1

My Lady

Tak bicara bukan berarti tak ada

Tidak berkata bukan berarti hampa

Seperti jiwa sembunyi dalam raga

Begitulah angan beringsut di pelukan rasa

***

“Tapi aku ingin segera punya anak, Lady!” Lelaki itu setengah berteriak pada wanita di hadapannya.

“Santai aja, dong. Nggak usah ngegas gitu. Ya udah, kalo emang lo pengen punya anak, buruan cari wanita untuk kita sewa rahimnya,” jawab Lady dengan tenang. Matanya tetap terpaku pada majalah yang sedang ia baca.

“Aku serius. Bisa nggak sih perhatian sedikit?” Kala menarik majalah dari tangan Lady, lalu melemparkannya ke sudut ruangan.

“Oke, jadi mau lo apa?” Lady sudah terbiasa dengan sikap meledak-ledak suaminya ini.

“Aku mau punya A-NAK! Kenapa harus sewa rahim segala? Kita ini suami istri yang sah. Sudah tiga tahun kita menikah!” Pria ini tampak sangat frustasi. Ia menjambak rambutnya sendiri.

“Gue nggak mau badan gue rusak. Lo suruh gue jadi gendut? Terus kaki bengkak, stretch mark, susah gerak, pipi kayak balon, dan muntah-muntah? Big no!” jawab Lady sambil mengangkat kedua tangannya.

“Aneh kamu ini. Orang lain begitu bangga bisa jadi seorang ibu, kamu malah nggak mau,” dengkus Kala.

“Itu kan orang lain. Lo nikahin gue, ya terima dong pemikiran gue. Kalo lo keberatan, nikahin aja orang lain. Life is simple, Bee,” ujarnya tenang. Ia tahu, lelaki ini tak akan ada keberanian untuk berpisah.

“Jadi, keputusanmu sudah bulat bahwa kamu nggak mau hamil dan melahirkan anak kita?” Kala bertanya sekali lagi.

“Sampai kapan pun, never,” jawab Lady penuh keyakinan. “Jaman sudah modern, and we have a lot of money. Uang kita melimpah. Kenapa harus menyulitkan diri dengan hamil dan melahirkan? Belum lagi kalo harus operasi caesar yang pemulihannya butuh waktu lama. Kita tinggal bayar orang untuk tugas itu. Easy, kan?”

Lihat selengkapnya