Sepasang kaki mungil berlari kecil menelusuri rerumputan basah yang panjangnya hampir menutupi betis. Si pemilik kaki tidak terlalu peduli dengan nasib rumput-rumput liar yang diinjak tanpa perlawanan itu. Pikirannya hanya sibuk membayangkan kenikmatan kudapan sore ditemani celotehan ibunya karena makan siangnya yang terlalu berat hari ini sama sekali tidak tersentuh.
Poninya yang terguncang-guncang tidak lagi menghasilkan garis lurus. Sama seperti rencananya saat itu. Pencarian bunga di pinggir danau untuk tugas menggambar tidak terlalu berhasil. Jari mungilnya hanya menggenggam tiga tangkai Dandelion yang kelopaknya akan habis rontok dalam perjalanan. Sayangnya, hal penting itu belum sempat terpikir di kepala anak SD sepertinya. Dia hanya memikirkan cara untuk menggambar bunga putih di atas kertas berwarna putih.
"Jangan bergerak! Serahkan semua hartamu, atau pedang ini akan membocorkan lambungmu!"
"Coba saja. Kepalamu yang akan kupenggal duluan."
Kaki mungil itu spontan berbelok menuju sumber keributan. Ada dua anak laki-laki sepantar dengannya, juga berseragam serupa dengannya, saling bertarung dengan beberapa helai daun panjang.
"Berhenti kalian!" teriaknya.
Kedua anak laki-laki menghentikan drama perang-perangan mereka. Seorang yang lebih tinggi menatap gadis itu dengan gusar, tak rela diinterupsi.