Jejak-Jejak Gladiol

Kopa Iota
Chapter #2

1. Antara Lama dan Baru

Ini pertama kalinya Adina menikmati pemandangan dari dalam Land Rover. Pemandangan yang dimaksud bukanlah pegunungan dengan panorama serba hijau, melainkan hanya berupa gedung-gedung sederhana yang dipagari pepohonan rimbun beraroma jeruk. Mereka bukan pohon jeruk. Aroma jeruk berasal dari pewangi yang sengaja dibeli di minimarket SPBU setelah dia memuntahkan sarapannya.

“Mereka cuma punya ini. Tapi nggak masalah, baunya nggak terlalu tajam,” kata Gary, pamannya, sambil menggantungkan pewangi ruangan di spion tengah.

Suasana kurang nyaman semakin kompleks karena Gary memutar lagu The Smiths setelah muntahan ketiga diatasi. Musiknya terlalu riang untuk lirik depresif. Adina seperti dipaksa pura-pura bahagia. Atau mungkin Gary hanya berusaha menikmati sisa perjalanan. Jari telunjuknya semangat mengetuk-ngetuk setir, padahal ketukannya lari dari tempo.

"Jangan kaget. Banyak yang berubah," kata Gary sewaktu mereka memasuki kawasan pinggir sungai.

Adina cukup lega. Kalau dia yang mengucapkan kalimat itu duluan, kedengarannya pasti seperti merengek. Dia tersenyum kecil dan mengangguk sambil pura-pura sibuk memasukkan anak rambut ke dalam bandana kuning yang dia kenakan.

"Pembangunan lumayan pesat akhir-akhir ini, sejak sungai-sungai dirancang bukan sekadar jadi tempat tumbuhnya eceng gondok," lanjut Gary, seperti seorang pembaca berita, sambil melirik ke spion kanan untuk berbelok.

"Harus dicatat: semua berkat eceng gondok."

Gary terbahak, agak kekencangan. "Jangan ceritakan itu ke Madam Derida," katanya.

Adina mengerti siapa Madam Derida, yang dia kurang mengerti adalah kenapa dia harus menceritakan eceng gondok kepada guru yang dulu sempat mengajarkannya bahasa Prancis. Sebelum sempat dia bertanya, kilau air di seberang kiri mengalihkan perhatian.

Golden Lake. Danau Emas. Tempat air Sungai Tembaga bermuara. Permukaannya masih setenang terakhir kali dia tinggalkan.

Spontan Adina memalingkan pandang, memastikan sesuatu dari jendela kanan. Gedung merah bata masih berdiri dengan gagah di sana. Masih menjadi bangunan paling mencolok di kawasan depan sungai terbesar kota. Hanya bentuk gerbangnya yang telah berubah, meskipun masih tertulis nama yang sama di atasnya.

"Kau akan sekolah di sana lagi," ucap Gary mantap.

***

Bagian mana yang menarik ketika kau terpaksa tinggal di rumah orang lain yang dulunya adalah rumahmu? Adina tidak tahu harus bersikap bagaimana saat seorang wanita paruh baya menyambut mereka di pekarangan rumah. Hal itu mengingatkannya kepada rutinitas masa kecil. Pulang sekolah, disambut dengan kudapan manis, diceramahi karena kotak makan siang masih berisi, lalu diberi ciuman di pipi karena mendapat nilai tinggi.

Andai saja ayahnya dulu tidak menganut paham harta duniawi tidak akan dibawa mati, dan andai saja ibunya dulu tidak menganut paham lebih baik menjauh dari tempat yang menyimpan banyak kenangan manis, bisa jadi, Adina tidak mesti mabuk darat hanya untuk kembali ke rumah serba putih di hadapannya. Dan bisa jadi, yang menyambutnya sekarang bukanlah wanita bertampang terpaksa ramah.

Lihat selengkapnya