Jejak Kelam

rvanz
Chapter #1

Kabar dari Masa Lalu


David menghapus keringat di dahinya dengan lengan kaus belelnya. Bengkel kecilnya hanya berisi beberapa sepeda motor tua dan aroma oli yang tajam. Lima tahun sudah berlalu sejak ia meninggalkan dunia jalanan yang kelam. Dulu, ia dikenal sebagai berandalan paling disegani, hidup di bawah bayang-bayang kekerasan. Tapi, sebuah insiden besar membuka matanya. la lelah dan ingin hidup tenang, jauh dari kekacauan.


Satu-satunya orang dari masa lalunya yang masih ia izinkan masuk ke hidupnya adalah Iwan, sahabat yang selalu setia, yang juga pernah merasakan pahitnya dunia jalanan. Sesekali, Iwan mampir ke bengkel, membawa cerita dari dunia yang sudah ingin David lupakan. Mereka sering tertawa mengenang masa lalu-masa di mana perkelahian dan adu keberanian menjadi makanan sehari-hari.


Namun hari ini, rasa gelisah menghantui David tanpa sebab. la sedang memutar mur pada motor tua ketika ponselnya berdering. Tanpa melihat siapa yang menelepon, ia menjawab.


"David" suara di seberang terdengar asing dan penuh tekanan. "Iwan Iwan sudah nggak ada."


Darah David Langsung berdesir. la terduduk, kaget mendengar kabar itu. "Maksud lo apa?" Suaranya bergetar, matanya terpaku ke dinding bengkel yang tiba-tiba terasa suram.


"Iwan mati. Mereka bilang dia dibunuh," suara di telepon melanjutkan.


David menelan ludah, mencoba mencerna kata-kata yang seakan tak masuk akal. Iwan, satu-satunya orang yang masih menghubungkannya dengan masa lalu, kini telah pergi. Dalam pikirannya, terlintas kenangan saat-saat mereka bersama; duduk di sudut jalan setelah perkelahian, tertawa bersama di bawah sinar bulan. Itu semua terasa seolah terjadi kemarin.


Ketika telepon berakhir, David hanya duduk diam. Suara di seberang memberinya satu petunjuk: orang-orang baru di wilayah itu-orang-orang yang tak segan melakukan kekerasan demi menunjukkan kekuatan mereka. David mengepalkan tangannya, merasakan amarah yang perlahan mulai membakar dalam dadanya.

"Bangsat," gumamnya pelan, suaranya tercekat. Satu-satunya cara untuk menghormati kenangan tentang Iwan adalah mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas kematiannya.


David bangkit dari duduknya, melangkah ke lemari besi tua di sudut bengkel. Di dalamnya tergantung jaket kulit hitam, simbol masa lalunya yang kelam. Jaket itu sudah lusuh, penuh goresan, saksi bisu perkelahian yang dulu ia lalui di jalanan. la memegang jaket itu sejenak, merasakan emosi mengalir deras ke dalam dirinya.


Dengan mengenakan jaket itu, ia merasa seperti sisi liar dalam dirinya kembali hidup. Tanpa ragu, ia melangkah keluar dan mengunci pintu bengkel. Malam itu, David berjalan menyusuri gang-gang yang pernah ia kuasai bersama Iwan, mencoba mengumpulkan potongan-potongan informasi dari orang-orang yang masih mengenal namanya. Di setiap tempat yang ia datangi, ia melihat wajah-wajah baru, beberapa dari mereka menatapnya dengan curiga.

Lihat selengkapnya