Suara langkah kaki para penjaga semakin mendekat, dan napas David memburu. la terpojok di balik tumpukan kardus besar yang sudah usang, dengan hanya pisau lipat di tangan. Meski kesempatannya tipis, ia tahu ini adalah satu-satunya cara untuk mendekati Tony dan menuntaskan dendamnya.
Dari balik bayangan kardus, David bisa melihat dua penjaga yang perlahan menyisir area tempat ia bersembunyi. Lampu senter yang mereka bawa menyorot setiap sudut gelap gudang, membuat David semakin terdesak. la tahu, sekali ketahuan, kecil kemungkinan ia akan lolos hidup-hidup. Tetapi, menyerah juga bukan pilihan.
Salah satu penjaga mendekat, jaraknya hanya beberapa meter dari tempat persembunyian David. Dengan gerakan cepat dan senyap, David melompat ke arah penjaga itu, menutupi mulutnya dan menekan pisau di lehernya, menahan suaranya agar tidak berteriak. Dengan cekatan, David menjatuhkan tubuh penjaga itu ke lantai, menghindari sorotan senter penjaga lain yang masih memeriksa area di sekitarnya.
Tubuh David bergetar, antara ketakutan dan adrenalin yang menderu. la tahu ini hanya awal dari perjuangannya di malam itu. la tidak bisa terus-menerus bersembunyi. Cepat atau lambat, ia harus berhadapan langsung dengan Tony.
Ketika David bergerak lebih dalam ke gudang, ia bisa mendengar suara langkah kaki lainnya mendekat. Penjaga-penjaga lain tampak berkomunikasi melalui walkie-talkie, menyadari bahwa ada penyusup di antara mereka. "Ada yang mencurigakan di sisi timur gudang! Hati-hati, sepertinya dia bersenjata," ujar salah satu penjaga melalui radio.
David merapat ke tembok, berusaha mengendalikan napasnya yang mulai memburu. Sambil menggenggam pisau, pikirannya kembali pada Iwan, sahabatnya yang telah pergi karena Tony. Kenangan itu memberinya kekuatan untuk tetap teguh, walaupun tahu risikonya tinggi.
David merapat ke tembok, berusaha mengendalikan napasnya yang mulai memburu. Sambil menggenggam pisau, pikirannya kembali pada Iwan, sahabatnya yang telah pergi karena Tony. Kenangan itu memberinya kekuatan untuk tetap teguh, walaupun tahu risikonya tinggi.
Di tengah kekacauan itu, David melihat kesempatan. Tony berdiri di ujung gudang, memeriksa barang-barang yang tertumpuk di sana, ditemani oleh satu orang pengawal. David tahu ini adalah momen yang tidak boleh ia lewatkan. Perlahan, ia merayap mendekati Tony, menjaga agar langkahnya tidak terdengar.
Namun, ketika jaraknya hanya beberapa meter dari Tony, seorang penjaga lain melihat gerakannya dan berteriak, "Hei, di sana! Penyusup!" Suara itu langsung membuat seluruh gudang panik. Tony menoleh dengan tatapan marah dan segera berlari menjauh, diikuti oleh pengawalnya.