Jejak Kelam

rvanz
Chapter #10

Menantang Bayangan

David memandang jauh ke luar jendela ruang tamunya. Sinar pagi menembus kaca, namun suasana hatinya tetap gelap. Percakapan dengan Sucipto malam sebelumnya masih membekas, menambah beban pada tekadnya untuk mengakhiri kediktatoran Tony dan mereka yang bersembunyi di balik bayangannya.


Joko, yang duduk di sampingnya, sibuk membersihkan luka di tangannya dengan kasa. Bekas perkelahian itu adalah harga kecil dari semua yang telah mereka lalui. “Kita nggak cuma ngadepin Tony sekarang, Dav,” kata Joko, mengangkat kepala dan menatap temannya, “Kita berurusan sama orang-orang besar yang dukung dia. Masih yakin kita mau terus?”


David menghela napas panjang, namun ia tidak ragu. “Gue nggak peduli seberapa besar kekuatan mereka, Jo. Tony itu biang masalah buat kota ini. Dia cuma peduli sama uang dan kekuasaannya sendiri.”


Joko mengangguk pelan, menghargai keyakinan David. “Gue dukung lo, Dav. Tapi kita butuh lebih dari sekadar nekat. Kita butuh rencana yang lebih matang, kalau nggak mau dijadikan target mereka.”


David termenung sejenak, berpikir dalam-dalam. “Iya, kita nggak bisa asal jalan. Pertama, kita harus tahu siapa aja orang yang ada di balik Tony. Orang yang cukup berpengaruh buat ngelindungin bisnis kotor dia,” kata David, suaranya terdengar berat namun penuh tekad.


“Lo ada ide?” tanya Joko, memperhatikan temannya yang mulai berpikir lebih serius.


David mengangguk pelan, sebuah rencana mulai terbentuk dalam pikirannya. “Ada satu orang yang mungkin bisa bantu kita, seorang jurnalis yang sering nulis soal korupsi di kota ini. Namanya Reza. Dia nggak takut sama orang-orang kaya atau pejabat yang terlibat dalam kasus besar.”


“Lo yakin dia mau bantu kita?” tanya Joko ragu.


“Gue harap gitu. Kalau kita bisa yakinin dia buat expose jaringan Tony, itu bakal jadi pukulan besar buat mereka,” ujar David sambil meraih ponselnya. “Gue bakal coba hubungi dia sekarang.”


Malam itu, David dan Joko pergi menemui Reza di sebuah kafe kecil di ujung kota. Pria itu sudah menunggu mereka di meja pojok, dengan wajah penuh perhatian namun tampak waspada.


“Apa kabar, David?” sapanya singkat ketika mereka duduk.


“Baik, Za. Gue nggak mau buang waktu lo. Kita punya info penting soal Tony dan korupsi di kota ini, dan kita butuh bantuan lo buat nyebarin informasi ini ke publik.”


Lihat selengkapnya