Setelah meninggalkan hutan Sunyaragi, Cepot dan Rara melanjutkan perjalanan mereka menyusuri lereng perbukitan yang semakin curam. Langit mulai mendung, menghalangi sinar matahari, dan kabut tipis perlahan-lahan turun, menambah kesan misterius yang menyelimuti tempat itu. Mereka berjalan dalam keheningan, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Hati Cepot yang biasanya riang mulai merasakan ketegangan yang jarang ia alami, sementara Rara, dengan tatapan tajamnya, terus memantau setiap gerakan di sekitar mereka.
Tiba-tiba, Rara berhenti dan melirik Cepot. "Cepot, kau tidak merasa ada sesuatu yang mengikuti kita?" tanyanya dengan nada serius.
Cepot berhenti dan memasang telinga. Ia menyipitkan mata, mencoba merasakan apa yang Rara maksud. Setelah beberapa saat, ia tertawa kecil untuk menutupi kegugupannya. "Ah, mungkin cuma angin, Mbak Rara. Tapi, kalau pun ada, kita kan dua orang kuat! Tidak perlu takut!"
Namun, Cepot juga tidak bisa menghilangkan perasaan tidak nyaman itu. Suasana hutan terasa sunyi, terlalu sunyi. Tidak ada suara burung atau hewan lain, seakan mereka semua menghilang, menyisakan keheningan yang menakutkan. Langkah mereka berdua kembali bergerak, kali ini lebih berhati-hati.
Tak lama setelah itu, dari balik pepohonan muncul seorang lelaki tua dengan rambut putih panjang dan pakaian lusuh yang tampak sudah usang. Wajahnya dihiasi kerutan mendalam, menandakan usianya yang sudah lanjut. Meskipun begitu, ada cahaya kebijaksanaan di matanya, seolah ia telah hidup melewati beratus tahun pengalaman. Cepot terkejut dan mundur setengah langkah, tetapi Rara tetap tenang, menatap lelaki tua itu dengan penuh rasa ingin tahu.
Lelaki itu menatap mereka lama sebelum akhirnya berbicara, suaranya berat dan terdengar seperti bergema. "Akhirnya… kalian datang," katanya dengan nada yang seolah menembus kesunyian hutan.
Cepot mengerutkan dahi. "Bapak siapa? Kok tahu kita datang? Saya dan Mbak Rara, kan, baru sampai di sini!" tanyanya sambil menggaruk-garuk kepalanya yang mulai merasa bingung.
Lelaki tua itu tersenyum tipis, memperlihatkan keriput di sekitar matanya. "Aku adalah penjaga hutan ini, sudah lama menunggu kedatangan kalian. Aku tahu bahwa kalian mencari Keris Sindu Anggra, artefak kuno yang bisa mengusir kegelapan yang sedang menyelimuti dunia ini," ujarnya sambil menatap tajam ke arah mereka.
Rara terkejut mendengar kata-kata itu. "Anda tahu tentang keris itu? Kami memang mencarinya. Kami harus menemukannya sebelum kekuatan jahat semakin kuat," jawab Rara penuh semangat.