JEJAK LANGKAH BAPAK

SISWANTI PUTRI
Chapter #8

Ke Kota

"Kalian mau ke mana?" Para tetangga samping rumah mendekat saat melihatku dan ibu mengeluarkan tas besar dari dalam rumah. Di pinggiran jalan juga terdapat istri kedua bapak yang menunggu. Setelah melunasi utang pada juragan Tatang kemarin, ibu juga menyuruhku ke rumah wanita itu untuk menyampaikan kalau kami akan ke kota dengannya.

"Rumah ini sudah jadi milik juragan, jadi kami akan pindah. Mulai sekarang kami gak tinggal di sini lagi." Ibu tersenyum tipis menjawab pertanyaan salah satu ibu-ibu. Hari ini memang hari terberat bagi kami, bahkan ibu terlihat berpelukan dengan teman-temannya yang masuk ke dalam geng pembasmi mulut-mulut julid.

Namun berbeda denganku, di sini aku hanya berpamitan pada mbak Rahayu. Cuma dialah yang mau dekat denganku dengan tulus tanpa pernah berkata kasar padaku. Aku fikir awalnya begitu, sebelum mas Banyu datang kemudian memeluk tubuhku ke dalam dekapannya.

Tentu saja aku terkejut mendapat perlakuan darinya. Aku hanyalah orang yang selalu merecokinya, dan dia pun selalu darah tinggi mengahadapiku, namun kepergianku hari ini membuat keadaan tampak berbeda. Seolah menunjukkan kalau kami memiliki hubungan dekat.

"Walaupun kamu selalu buat saya kesal, bahkan saya gak bisa bohong kalau kamu hampir membuat saya stres karena kelakuanmu. Tapi saya gak pernah nyangka kalau ada hari dimana kamu pergi dari kampung ini. Sebenarnya saya gak mau ucapin ini, tapi saya sebenarnya menganggapmu sebagai adik sendiri. Itu sebabnya walaupun kamu berbuat ulah, saya tetap kasih kamu uang supaya kamu bisa makan."

Bibirku berkedut, seorang mas Banyu, orang yang terlihat benci padaku ternyata menganggapku sebagai adiknya? Ini terlalu mustahil, seolah yang terjadi hanyalah mimpi yang tak mungkin terwujud.

"Kalau gitu kenapa Mas Banyu kasih uangnya dikit? Paling mentok 100 ribu?" tanyaku, berkacak pinggang hingga sentilan pada dahiku dilayangkan oleh mas Banyu. Aku mundur beberapa langkah seraya mengelus dahi yang sedikit nyeri karena perbuatan itu.

"Kalau saya biasain kasih kamu uang banyak, yang ada kamu kesenengan."

Benar juga, jika mas Banyu menunjukkan kebaikan yang kentara. Pasti aku akan sering mengganggunya. Mengingat kelakukanku memang kadang berlebihan jika ada yang berbuat baik. Mau bagaimana lagi, kepribadianku sudah seperti ini sejak dulu. Yang terpenting apa yang kulakukan masih wajar, kurasa.

Lihat selengkapnya