Beberapa bulan yang lalu ....
Tia sibuk di dapur untuk menyiapkan makan siang. Hari Minggu. Ratu dan Princess asyik bermain slime di teras. Cuaca agak mendung, sehingga mereka berdua tak boleh bermain di luar.
“Aku ngapain, nih?” tanya Darel yang tiba-tiba menghampiri Tia di dapur.
Tia tersenyum. Dia selalu senang saat suaminya ikut membantunya. “Hmm … apa, ya,” katanya sejenak berpikir.
“Bikin sambel gimana?” Tia menawarkan.
“Oke,” Darel mengangguk. “Cabe sama bawangnya di mana?”
“Di kulkas, coba dicari.”
Darel kemudian membuka kulkas.
“Ada?” tanya Tia. Sebab suaminya tak kunjung menutup pintu kulkas.
“Di mana, sih?” seru Darel.
“Ada kok,” kata Tia. Tak sabar dia ikut mencari bawang dan cabai di kulkas. Hanya butuh waktu beberapa detik. Tia sudah berhasil menemukannya.
“Ini apa, lhoh!” sungutnya sambil mengangkat bawang dan cabai di hadapan Darel.
“Hehe,” Darel nyengir. “Kamu tahu nggak …” katanya kemudian.
Tia menoleh, “Apa?”
“Sejak ketemu kamu, aku lupa caranya mencari.”
Tia terbahak mendengarnya. Spontan mencubit perut Darel gemas. Hatinya berbunga.
“Abisnya aku terlalu sibuk mencintai kamu.” Darel makin menjadi melihat reaksi bahagia Tia.
“Bisaan deh kamu ngelesnya,” ucapnya sambil kembali memotong sayur. Lihatlahlah, sungguh merona pipi wanita itu.
“Tapi iya, kan. Rasanya hidupku udah cukup. Ada kamu sama anak-anak. Apalagi coba yang aku cari,” kata Darel. Tangannya terampil mengupas bawang.
Salah satu yang Tia kagumi dari suaminya. Sebab Tia tumbuh dari keluarga yang sangat menganut patriarki. Sejak kecil, dia nyaris tak pernah melihat ayahnya terlibat dalam tugas rumah tangga. Karenanya dia terkejut ketika menikah dengan Darel. Sebab lelaki itu ringan tangan untuk membantunya menyapu, menjemur pakaian, menyuapi anak-anak, dan memasak. Darel mau membantu seluruh pekerjaan rumah tangga, kecuali mencuci piring. Karena basah dan dingin katanya. Hahaa.
“Coba rasain, enak nggak?” Darel meminta Tia untuk mencicipi sambal yang baru saja jadi.
“Pedes banget! Tapi enak.”
Darel terkekeh melihat istrinya kepedesan.
“Aku suruh anak-anak bersih-bersih dulu, ya. Abis itu biar pada makan,” kata Darel. Dia kemudian melangkah meninggalkan dapur.
Tia mengangguk. Berterima kasih.
***
“Coba liat, nih!” Darel menunjukkan layar ponselnya kepada Tia. Wanita yang awalnya sedang mengetik itu melirik. Sabtu malam. Darel sedang di rumah. Seperti banyak weekend lainnya. Mereka berdua biasa menghabiskan malam untuk sekadar menghabiskan waktu bersama. Walaupun sesekali aktivitas mereka tak sama. Darel menonton bola, sedangkan Tia menonton drama korea. Atau mungkin Darel menonton tayangan Youtube sedangkan Tia mengetik naskah. Bagi Tia, semua itu tak masalah. Asalkan Darel ada di rumah dan di sampingnya.
[Bos, dapet salam dari Leni. Katanya minta akun IG-nya.]
[Heleh, nggak ada.]
Begitu pesan pendek yang ditunjukkan kepada Tia. Tia spontan melotot.
“Serius ada yang titip salam buat kamu?” tanya Tia. Nada bicaranya cemas.
“Ya iya. Lha ini.”
“Terus kamu gimana?”