Ketika di rumah aku mendapati ponselku berdering. Saat ku lihat nomor yang tertera tidak memiliki nama, aku ragu untuk mengangkatnya. Aku takut itu adalah telepon yang menawarkan jasa kartu kredit.
Tapi ternyata rasa penasaranku lebih besar daripada rasa takutku. Akhirnya aku pun memberanikan diri untuk mengangkat telepon itu.
"Halo," sapaku.
"Hai Mei," jawab sang penelpon.
Deg..
Suara itu, entah mengapa menyentuh sanubari ku. Suara yang baru aku dengar siang ini di telingaku, namun seakan familiar menyapaku.
"Maaf siapa ini?" tanyaku.
Meskipun saat itu hatiku dapat menebaknya. Pemilik suara yang selalu terngiang di telingaku.
"Ervin, aku minta nomor kamu tadi pada Reza, nggak apa-apa kan Mei?" tanya nya.
Jantungku kali ini benar-benar seperti mencelos. Entah kenapa, lelaki ini mampu membuatku berdebar hanya dengan suaranya saja.
"Oh kak Ervin, nggak apa-apa kak, nanti aku simpan ya nomornya," sahutku sambil menahan getaran di dadaku.
Aku meremas ujung bajuku untuk melawan kegugupan yang melanda diriku. Berbincang dengannya, membuat jantungku semakin tidak karuan.
Begitulah akhirnya kami mengobrol mulai dari perkenalan diri masing-masing, hingga membicarakan tentang hobi.
Oh ya, ia juga mengajakku untuk pulang kuliah bersama esok hari dan tanpa berpikir panjang, aku langsung menyetujuinya.