JEJAK PUTIH ABU-ABU

noviadewi
Chapter #2

LUAPAN EMOSI

Untuk melepas rasa bosan Novia selalu menulis, seperti biasa Novia menulis dibawah pohon cemara saat jam istirahat. Sorang siswi bertubuh agak gemuk mendekati Novia, lalu duduk disebelahnya, menengok apa yang sedang Novia tulis.

 “ Belum selesai juga tulisanmu Nov “, tanya Ita.

Menoleh sebentar, “ Belum lah Ta…, nulis novel perlu sejumblah bab, jadi belum selesai lah “, jelas Novia.

Setengah heran, “ Memang tidak bosen gitu nulis, banyak banget kata yang kamu tulis “, ucap Ita.

Menghentikan menulis, “ Tidak ada yang membosakan dengan hoby, lagian aku nulis bukan sekedar hoby tapi suatu saat ini bisa menghsilkan uang “, jelas Novia.

Tertawa kecil, “ Jadi kamu nabung tulisan gitu “, tebak Ita.

Senyum. “ Tepat sekali, karena aku telah coba ratusan kali nabung uang selalu gagal ada saja keperluan “, jelas Novia. 

Bel berbunyi tanda masuk kelas, semua murid berlomba-lomba lebih dulu masuk kekelas dan mengikuti sesuai jadwal mata pelajaran.


Kali ini pelajaran Geografi didapat anak kelas X.4 yang diajar seorang guru laki-laki bernama Canang, warna kulit agak gelap dengan beberapa uban pada rambut dan jenggot, setelah memberi salam pelajaran dimulai. Kini Canang menjelaskan mengenai bentuk permukaan Bumi, menjelaskan didepan kelas, tepatnya berdiri beberapa senti depan meja Novia yang duduk didepan.

“ Kalain pasti tahu bentuk Bumi itu bulat, seperti telur, berotasi selama dua puluh empat jam dan berevolusi selama tiga ratus enam puluh hari “, ucap Canang antusias.

Novia memperhatikan selama penjelasan, beberapa muncratan air liur menegenai buku LKS, itu menjijikan dilihat Novia lalu menanti momen.

“ Ada yang mau ditanyakan ?”, ucap Canang.

Novia angkat tangan.

“ Ya kamu “, ucap Canang.

Santai, “ Pak apa bedanya hujan lokal sama hujan yang lain ?”, ucap Novia.

“ Kita masih membahas mengenai bentuk Bumi, materi cuaca itu setelah UTS selesai baru kita bahas “, jelas Canang dengan nada tinggi.

Murid dikelas itu beraut hawatir, karena nada bicara Canang seperti orang mara-marah.

Menghela nafas, “ Maaf pak tapi bapak yang buat hujan lokal dibuku saya “, ucap Novia.

Setelah memakai kaca mata beberapa tetes bekas basahan di kertas LKS, Canang melotot sebentar.

Mundur beberapa langkah, “ Maaf, buku kamu tolong jemur saja biar tidak basah “, ucap Canang.

Kejadian itu menyebar luas, karena tidak ada yang berani mengajukan protes pada guru itu, saat dikantin sekolah guru itu duduk semeja dengan Novia. Beberapa murid memberi isyarat menengok sebelah, Novia menengok sebelah kanan, kaget melihat Canang ada disampingnya.

Lihat selengkapnya