Arus semakin liar. Air yang semula hanya menutupi jalanan kini menghantam rumah-rumah penduduk dengan kekuatan yang menakutkan. Papan-papan, kursi, dan segala benda yang hanyut membuat jalur evakuasi menjadi penuh bahaya.
Siti melangkah dengan hati-hati, menggendong Raga di pelukan. Tubuh anaknya lemah, nyaris tidak mampu menahan dingin, wajahnya pucat karena demam dan ketakutan. Kaki Siti hampir tergelincir di tanah licin, tapi ia menahan diri sekuat tenaga.
Tiba-tiba, sebuah arus dari gang kecil di samping rumah tetangga datang dengan kekuatan yang tidak bisa diantisipasi. Siti menoleh terlambat.
“Raga… pegang Ibu!” teriaknya, suaranya nyaris hilang di antara gemuruh air dan hujan deras.
Arus menghantam tubuh mereka. Tubuh Siti oleng, hampir terjatuh. Ia merasakan tangan Raga tergelincir dari pelukannya.
“RAGA!!!” teriak Siti, suaranya pecah oleh ketakutan.
Raga terbawa arus, tubuh kecilnya hanyut di tengah pusaran air yang deras. Siti berusaha mengejar sambil berteriak, menendang air untuk menahan tubuhnya sendiri agar tidak hanyut.