Siti terhuyung-huyung, tubuhnya basah kuyup dan nyeri akibat terjatuh dan terbentur puing kayu saat mencoba mengejar Raga. Dunia di sekitarnya seperti kabur; suara hujan deras dan arus yang menggila bergabung dengan teriakan panik warga, menciptakan simfoni chaos yang memekakkan telinga.
Tubuhnya lemas, langkahnya goyah. Tanpa disadari, Siti tergelincir di lumpur tebal tepi sungai dan jatuh pingsan, Raga tidak ada di sisinya.
Ketika ia membuka mata, cahaya lampu darurat dari posko evakuasi menyambutnya. Aroma basah dan tanah bercampur bau asap dari perapian darurat menusuk hidungnya. Suara orang-orang yang mengatur barang, menenangkan anak-anak, dan berbicara dengan panik terdengar seperti gema jauh di kepalanya.
Siti duduk perlahan, tubuhnya masih gemetar. Ia menatap sekeliling, menahan napas, mencari sesuatu. Namun di sisi tempat tidur darurat dan selimut yang berserakan, anaknya tidak ada.
“Anakku…” Suaranya pecah, nyaris berbisik.