Hari keempat pencarian dimulai dengan udara yang dingin menusuk tulang. Tanah di tepi sungai masih basah dan licin, sisa-sisa banjir yang menghancurkan desa meninggalkan lumpur tebal, kayu patah, dan puing-puing berserakan di mana-mana.
Siti berjalan dengan langkah berat, tubuhnya pegal dan kedinginan, tapi matanya tetap fokus. Pandangannya terus menyapu permukaan sungai dan tepiannya. Setiap papan hanyut, setiap serpihan kayu, dan setiap barang hanyut bisa menjadi petunjuk tentang keberadaan anaknya.
Relawan menyalakan peluit, memberi tanda jika menemukan sesuatu. Sesekali mereka berteriak memberi kabar, tapi tidak ada yang memuaskan hati Siti.
Hingga di salah satu tikungan sungai, seorang relawan berseru:
“Bu! Lihat ini!”