"waktu tidak pernah menyembuhkan apapun, kamu hanya dilatih untuk terbiasa dengan luka yang tersisa dihidupmu."
Cuaca cerah pagi ini membuat Kiran disibukkan dengan beberapa pasien yang sangat ramai datang silih berganti. Tapi, Kiran tidak akan mengeluh karena ini adalah pekerjaan yang ia inginkan dari awal.
"Kiran?" Panggil kepala rumah sakit.
"Ada apa pak?" jawab Kiran dengan bingung.
"Apa sudah dipertimbangkan pernyataan kamu semalam?"
"Sudah pak, saya yakin untuk membantu semua warga yang ada di desa itu."
"Ya sudah, kalau begitu minggu depan kamu sudah bisa langsung berangkat."
"Baik Pak, terimakasih." Kiran memandang lirih rumah sakit ini, ia benar-benar harus meninggalkan rumah sakit ini sekarang.
Ya benar, Kiran ingin menjadi seorang relawan di salah satu desa yang sangat membutuhkan dokter. Namun ia tidak sendiri, ada beberapa rekan kerjanya yang akan ikut bersamanya. Kita sebut saja ia Kayla, Dinda, Tomi dan Brian. Mereka akan membantu semua pekerjaan Kiran dan mendampingi Kiran dalam kondisi apapun.
Ohiya, perkenalkan namanya adalah KIRANIA ARTHAWIJAYA panggil saja ia Kiran. Seorang gadis dengan umur 21 tahun yang sudah menjadi dokter bedah umum terbaik di salah satu rumah sakit yang ada di Ibu Kota. Dengan kulit putih juga tinggi badan 160cm dan berat badan 55kg membuat bentuk tubuhnya yang sangat pas bila memakai pakaian apa saja.
Tapi semua ini tidak menjadi pokok utama di pikiran Kiran, Kiran menganggap dirinya adalah tanah. Tanah yang selalu diinjak setiap hari dimuka bumi, namun kelak kau yang akan menguburnya suatu saat nanti.
_ _ _
Malam ini rumah sakit begitu ramai. Rasanya begitu banyak orang yang merintih, bahkan mereka menangis dengan histeris, saat Azal sudah datang menghampiri sang penemunya.
Kiran berjalan melewati koridor rumah sakit dengan tergesa-gesa. Tangan kiri nya memegang kantong seragam dokter dan tangan kanan memegang berkas. Namun, langkahnya terhenti saat seseorang memanggil namanya begitu kencang.