Hari ini mereka menutup klinik, namun mereka sudah menginformasikan kepada seluruh warga desa, bagi yang mau konsultasi atau apapun itu yang bersangkutan dengan klinik bisa datang dirumah Kiran dengan batas jam yang sudah ditentukan. Karena hari ini adalah hari kembalinya Brian dan Tomi ke ibu kota. Meski hanya seminggu, tentu mereka akan bersedih karena dalam seminggu kedepan tidak ada suara Tomi yang selalu membuat kegaduhan, juga Brian yang melerai dengan caranya sendiri.
"Eh...sikat gigi gue," kata Tomi lalu ngacir menuju kamar mandi. Mereka hanya menggeleng melihat tingkah konyol Tomi.
"Ran... Lo jangan sedih dong," ujar Brian menatap Kiran dengan mata berkaca-kaca.
"Gak sedih kok, tuh Dinda yang sedih karena kamu tinggal." Dinda yang merasa Kiran memojokkan nya pun menatap Kiran tidak terima.
"Engga, Kayla tuh sedih." Ucapan Dinda langsung terdengar oleh Tomi yang menuju ke arah mereka dengan membawa satu sikat gigi berwarna putih.
"Kalo Kayla udah pasti sedih, teman hidupnya pulang kampung," sambung Tomi sembari memasukkan sikat gigi ke dalam koper.
"Pedean Lo," ucap Kayla tidak terima.
Tomi kali ini tidak membalas ucapan Kayla. Dia bersikap dewasa hari ini, karena tidak ingin ketinggalan pesawat jika ia terus meladeni Kayla.
"Udah, Tom?" tanya Brian pada Tomi yang sedari tadi sibuk dengan beberapa barang yang akan dibawanya.
"Ha, udah lah ini. Nanti singgah ke penjual makanan atau apalah itu, buat oleh-oleh," ucap Tomi. Lalu mereka pergi menuju bandara yang sangat jauh jaraknya dari desa ini.
Kiran terus memandang ke arah luar jendela mobil. Pikirannya berpusat pada keluarganya. Jika ia pulang nantinya, apakah Ibunya akan mengizinkan nya pulang? Atau Ayahnya tidak akan menerimanya? Namun, bagaimana dengan Adit? Terlalu banyak pilihan dihidup Kiran. Kiran bingung akan semua masalah di hidupnya. Hidupnya terlalu sepi untuk kasih sayang orang tua. Meski begitu, ia bersyukur sudah dikelilingi orang-orang baik seperti teman-temannya termasuk Adit. Kiran sangat merindukan seorang lelaki dengan gaya rambut Fade haircut itu. Ia hanya terpisah 5 bulan, namun rindu nya sudah memuncak.
Dirinya pun terhanyut akan segala bayangan tentang orang-orang terdekat yang bersyukur milikinya. Hingga matanya mulai terpejam dengan satu tangan menyanggah kepalanya.
Kayla yang duduk disebelah nya memerhatikan wajah Kiran intens. Tangannya pun bergerak menyingkirkan rambut Kiran yang terurai menutupi sebagian wajahnya. Terlihat wajah sendu akan semua penderitaan hidupnya.
Terlalu banyak duka dihidupnya. Ia tidak bisa membayangkan jika ia menjadi Kiran, mungkin ia akan mengakhiri hidupnya dengan mudah.
Kayla memegang tangan Kiran dengan erat bermaksud untuk menenangkan dalam tidurnya, dan itu dapat terlihat oleh Dinda. Dinda pun menimpali genggaman mereka. Hingga mereka terpejam dengan tangan yang masih tergenggam, dan paha Kayla yang menjadi tumpuannya.
Suasana di dalam mobil ini hening, Kiran, Kayla dan Dinda tertidur di jok belakang. Sedangkan, Tomi dan Brian menatap lurus ke arah jalanan tanpa berucap sepatah kata pun.
Tanpa terasa bandara sudah ada di depan mata. Tomi pun membangunkan para wanita yang tengah tertidur cantik di jok belakang.