Jejak Rasa

129_
Chapter #15

Page 14

Hari-hari berlalu tanpa adanya Tomi dan Brian disisi ketiga wanita itu. Kiran menghela nafas berat, matanya terlihat begitu malas menatap pada siaran televisi yang menampilkan tayangan membosankan setiap harinya. Tangannya pun bergerak mengambil pena dan buku yang ada di atas nakas. Jemari Kiran mulai bergerak lentik di atas kertas putih dengan pena bertinta hitam legam. Dirinya bersandar pada kepala ranjang yang terbuat dari kayu itu. Sentuhan tinta hitam pada kertas putih tanpa noda itu membuat satu gambar lelaki dengan potongan rambut pendek, rahang tegas dan mata yang menyorot tajam dalam menatap setiap objeknya. Kiran tersenyum melihat hasil karyanya. Dirinya terus membayangkan tentang lelaki tampan yang ia gambar, akankah ia mendapatkan seorang lelaki yang ia idamkan lewat gambar yang ia torehkan pada kertas putih? Ntahlah, Kiran terlalu pusing untuk memikirkannya. Ia pun beranjak menuju dapur untuk mengambil segelas air dan lukisannya ia letakkan begitu saja diatas nakas. Kayla dan Dinda awalnya tidak perduli dengan apa yang dilakukan Kiran, masing-masing sibuk dengan kegiatannya sendiri. Hingga mata Kayla tersorot pada benda putih diatas nakas. Jarak tempat tidurnya dengan Kiran tidak terlalu jauh, hanya berjarak 1M saja. Tangannya mulai menggapai buku itu dengan tubuh masih di atas ranjang. Kayla terkagum dengan hasil gambar yang ada di kertas ini. Dia bahkan hampir tidak percaya jika Kiran yang menggambarnya. Kayla pun menunjukkan gambar ini pada Dinda. Dinda pun sama tercengangnya seperti Kayla. Mereka berpikir Kiran sudah bisa untuk membuat komik, dinilai dari hasil gambarnya. 

"Baru tau gue, selain dokter Kiran juga seniman," ucap Kayla seraya menggeleng-gelengkan kepalanya seperti orang yang sangat kagum.

"Iya, bagus banget. Eh tapi... Lelaki yang ada digambar ini ganteng ya Kay?" 

"Iya, Din. Gue juga kepincut kalo lelaki ini ada di dunia nyata."

"Halu aja, " cerca Dinda dan kembali ke ranjangnya, begitu juga dengan Kayla. Sementara Kiran baru saja kembali dari dapur. 

"Ran, itu gambar Lo yang buat?" tanya Kayla. 

"Iya." 

"Ganteng ya gambarnya."

"Trus kalo ganteng mau kamu pacarin Kay?" tanya Dinda.

"Kasian dong Tomi," imbuh Kiran pelan.

"ih... Apaan bawa-bawa Tomi!" teriaknya kesal.

"Kalo kangen, call dong. Jangan cari baru," ucap Kiran dan semakin membuat Kayla kesal.

"Tau ah, mau pergi aja!" Hentakan kakinya terdengar jelas dikamar ini. Kayla keluar dengan perasaan kesal pada Kiran juga Dinda. Sementara Kiran dan Dinda hanya tertawa geli melihat Kayla.

"Kiran?" panggil Dinda dan Kiran menoleh kearahnya tanpa bersuara.

"Kamu ngerasa gak, makin hari makin aneh aja." Kening Kiran menyerngit bingung.

"Meski kita udah gak tinggal di Ibu Kota, tapi kenapa masalah malah selalu datang?" Benar kata Dinda, semakin hari semakin banyak masalah yang datang pada mereka. Kiran pun memandang hasil gambarnya nanar, apakah ada yang akan membantunya keluar dari segala masalah yang menimpanya?.

"Udah, gak usah dipikirin. Jalani aja," kata Kiran lalu keluar menemui Kayla dan diikuti dengan Dinda.

Mata mereka menelisik kesegala penjuru ruangan, dan tidak ada Kayla disana. Mereka pun keluar halaman untuk menemukan Kayla, namun nihil Kayla sepertinya tidak ada dirumah. Apa Kayla pergi ke suatu tempat? Atau Kayla pergi ke klinik? Ah sepertinya tidak, kunci klinik masih tergantung ditempatnya berada. Kiran dan Dinda mencoba berpikir positif, mereka pun memutuskan untuk keluar mencari Kayla dan minta maaf. 

Rasa khawatir seketika menghampiri mereka. Kiran dan Dinda tidak menemukan Kayla, padahal mereka sudah berjalan cukup lama. Mereka pun bertanya pada warga dan warga tidak melihat adanya Kayla. Sungguh, rasa cemas, khawatir dan gelisah menyelimuti hati juga pikiran mereka. Mereka bingung, kemana sebenarnya Kayla. Mereka pun bergegas menuju telepon umum untuk memberitahu kejadian ini pada Tomi dan Brian. 

Sambungan telepon terputus, sepertinya Tomi dan Brian sedang sibuk. Mereka pun mencoba menghubungi polisi. Namun sesuatu menyentuh pundak mereka. Mereka menoleh dan menemukan Kayla sedang memegang permen kapas dengan ukuran besar.

Kiran menutup sambungan telepon dan menatap tajam ke arah Kayla, begitu juga dengan Dinda. 

"Kamu dari mana aja sih!" 

"Iya, kita cariin kok gak ketemu-ketemu!" imbuh Dinda. 

"Gue? Gue gak kemana-mana, gue cuma pergi membeli permen kapas yang ada di depan tadika kanak-kanak," jelas Kayla. 

"Tadika? Kita juga tadi cari lewat situ, dan gak liat kamu."

Lihat selengkapnya