Hari baru pun dimulai. Lita berjalan menuju kolam renang yang ada di belakang rumah nya, dengan setelan baju tidur seadanya. Matanya tersorot pada tanaman Monstera yang ada di ujung dinding. Tidak! Ini tidak mungkin! Sepertinya matanya salah melihat, dia juga baru bangun dari tidur. Untuk memastikannya Lita mendekati tanaman Monstera itu dan memegangnya. Tanaman cantik dengan pot kaca bergaya Turki milik mertuanya itu pecah. Jika, Leo mengetahui bahwa tanaman ini sudah tidak berbentuk seperti awalnya, pasti Leo akan marah besar padanya. Apa yang akan Lita lakukan sekarang? Mengapa tanaman Monstera ini bisa rusak seperti ini? Siapa yang melakukannya? Dan milik siapa gelang berwarna merah muda ini?. Dengan cepat dan sigap, Lita mulai merapikan serpihan pot kaca yang berserakan. Sepertinya tanaman ini akan hidup kembali jika dipindahkan di pot yang lain. Namun sebelum itu, Leo datang.
Mengapa Leo selalu tepat waktu datang disaat-saat seperti ini? Habislah Lita. Leo pun memandangi pot kaca dan tanaman Monstera milik Mertuanya yang hancur berantakan. Lita hanya akan menunggu cacian apa yang akan Leo lontarkan padanya, tidak lupa dengan kekerasan yang Leo sematkan di tubuh indahnya.
Cukup lama Leo berdiri dengan memandang tanaman itu. Lita pun mendongakkan kepalanya untuk memastikan Leo masih ada disini. Ia memberanikan diri untuk menjelaskan apa yang terjadi.
"Mas... Maaf, bukan aku yang menghancurkan nya. Saat aku keluar, kulihat tanaman ini sudah rusak berantakan," cicitnya. Sementara Leo? Ia hanya diam dan masuk kedalam rumah. Namun Lita semakin merasa waspada, lebih baik jika suaminya marah sekarang padanya, daripada diam yang menakutkan bagi Lita. Lita pun masih senantiasa membersihkan sisa-sisa tanah di lantai keramik indah ini dengan pikiran tertuju pada suaminya. Ia memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan. Objek pertama yang ia lihat adalah suaminya yang sepertinya sedang menunggu dirinya. Lita pun pura-pura tidak tahu dan hendak masuk ke dalam kamar, namun Leo menghentikannya. Sudah dalam dugaan Lita, Leo pasti tidak akan membiarkannya begitu saja.
"Ada apa?" tanya Lita pada Leo yang terus menatap mata Lita dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Tidak ada jawaban dari Leo, kemudian Leo menarik tangan Lita masuk ke dalam kamar tamu. Kamar tamu yang tidak pernah ada seorang pun kecuali Leo yang masuk ke dalamnya, tapi sekarang? Leo membawanya ke kamar tamu ini. Kamar ini tidak begitu luas daripada kamar utama. Sebuah lukisan yang begitu besar dengan kain putih yang menutupinya terpajang di dinding tanpa hiasan ini. Di atas meja, ada beberapa foto Ibunya, Leo, dan seorang wanita yang menggendong bayi dengan kain gendong. Wanita itu begitu manis dengan baju selutut bermotif bulat-bulat. Lita tidak pernah mengenal wanita itu sebelumnya, Leo juga tidak pernah menceritakan apapun tentang wanita itu selama mereka menikah. Mata Lita terus menatap foto usang yang tidak dikenal nya itu, ia ragu untuk bertanya pada Leo.
"Kau pasti bingung, mengapa aku membawa mu kesini. Dan rasa bingung mu pun meluas saat melihat foto wanita yang tidak kau kenal itu." ucap Leo tanpa melihat ke arah Lita. Leo menuju ke arah lemari dan membukanya. Sungguh, Lita dikejutkan dengan isi lemari yang Leo buka tadi. Perlahan kakinya mundur, sekarang ia mengetahui maksud dan tujuan Leo membawanya ke kamar ini, untuk menyiksanya. Sejak kapan Leo mengkoleksi benda-benda tajam dan berbahaya itu? Dan untuk apa itu semua? Apa itu untuk membuat hidup Lita menderita?. Lita pun membulatkan matanya saat Leo dengan perlahan mengambil pisau lipat yang sangat tajam kelihatannya. Leo memainkan pisau itu dengan tatapan lurus ke arah pisau. Jantung Lita berdetak dengan kencang, keringat dingin mulai mengalir lewat dahinya. Dan rasa mencekam ini luntur saat Leo mengembalikan pisau lipat itu pada tempatnya. Lita menghela nafas lega, namun itu hanya sementara. Leo membuka pintu lemari yang satunya dan menampilkan banyak alat cambuk dengan berbagai jenis dan ukurannya. Dengan secepat kilat Leo mengambil cambuk itu dan langsung mencambuk tubuh Lita tanpa rasa kasihan sedikit pun. Lita menjerit, rasanya sangat sakit. Suami yang ia sangat cintai telah melukai fisik dan batinnya. Air matanya lolos begitu saja, ia terus memberontak pada Leo. Namun, Leo terus mencambuknya seperti orang yang sudah hilang kendali.
"Mas... Sakit! Sudah Mas, aku tidak sanggup lagi."