Perusahaan ini tampak sepi, semua karyawan libur selama sepekan karena pemilik perusahaan meninggal secara tiba-tiba. Hanya ada beberapa satpam yang ada di perusahaan ini, Kiran pun berjalan menemui satpam yang ada di pos."Ny. Kiran? Ada apa Nyonya?"
"Ayo, ikutlah dengan ku."
"Baik, Nyonya."
Perusahaan ini begitu besar, sempat terpikir oleh Kiran bahwa ia tidak akan sanggup menghandel perusahaan ini, dan bagaimana dengan gelar dokternya? Bagaimana dengan klinik yang ada di Sumatera? Ntahlah, tetapi ia harus melakukan ini sebelum seseorang yang memiliki niat jahat menguasai semuanya. Kiran memasuki ruangan Leo yang begitu rapi dan bersih tanpa adanya sampah sedikit pun. Ia terus memandangi setiap sudut ruangan ini sampai sekelebat kenangan tentang dirinya bersama Leo muncul.
Flashback on
"Papa, setelah pekerjaan Papa selesai kita makan di cafe depan kantor ya, Pa."
"Iya, Kiran... Tapi jangan pesan makanan yang ada coklatnya ya, nanti gigi kamu sakit lagi," ucap Leo seraya mengelus puncak kepala Kiran.
"Iya, Papa. Kiran tunggu di sofa ya Pa," ucap Kiran lalu menuju ke arah sofa. Begitu lama Leo bekerja hingga membuat Kiran sangat mengantuk Dan akhirnya tertidur di sofa. Sedangkan, Leo yang melihat itu membopong Kiran menuju cafe yang di minta oleh Kiran setelah pekerjaannya selesai.
Leo pun membangunkan gadis kecil dengan dua ikatan di kepalanya dengan halus. Kiran mengerjapkan matanya dan melihat ke sekeliling ternyata ia sudah berada di cafe. Tidak lupa matanya melihat di atas meja ini, begitu banyak makanan yang Leo pesan untuknya. Kiran tersenyum lebar sebelum ia mencium pipi Leo.
"Makasih, Papa!"
"Iya, kamu makan yang banyak biar cepat besar dan cepat masuk SD."
"Okey, Pak Bos!"
Flashback off
Sekelebat kenangan itu membuat Kiran tersenyum miris, nyatanya hidupnya dulu tidak semanis kehidupannya sekarang. Kiran menitikkan air matanya dan itu di sadari oleh Kayla.
"Ran... Kalau emang kamu belum sanggup, ayo kita pulang."
"Enggak, Kay. Kita lanjutkan investigasi ini."
"Baik, Ran."
"Pak Gusti, bantu aku untuk memeriksa ruangan ini, apabila ada yang mencurigakan beri tahu aku."
"Baik, Nyonya."
Kiran berjalan memeriksa setiap benda dan laci di ruang kerja Leo dan tentunya di bantu oleh Dinda, Kayla dan Pak Gusti. Hingga ia teringat akan kematian orang tuanya, bukankah orang tuanya meninggal pada hari Senin? Dan bukankah itu adalah hari produktif yang tentunya banyak pekerjaan yang harus di kerjakan? Tapi, mengapa Ayahnya dirumah? Untuk menghilangkan rasa penasaran ini Kiran bertanya langsung pada Pak Gusti selaku satpam di kantor ini.
"Kita hentikan dulu pencarian ini, ada yang ingin aku tanyakan pada Pak Gusti," ucapan dari Kiran membuat semuanya menghentikan pergerakannya lalu berjalan menuju Kiran.
"Ada apa, Nyonya?"
"Duduklah."
Pak Gusti pun duduk di sofa dekat Kiran sesuai dengan arahan dari Kiran.
"Ada yang ingin saya tanyakan langsung pada Bapak tentang Papa saya."
"Apa itu, Nyonya?"
"Apakah Papa saya masuk kantor pada hari Senin?"
"Tn. Leo datang pada pukul 9 seingat saya, bersama dengan Ny. Clarisa."
"Clarisa? Untuk apa di ke kantor bersama Papa?"
"Saya tidak tahu pasti Nyonya, yang saya tahu Ny. Clarisa sering mengunjungi Tn. Leo."
'pasti, dia Kan pelakor,' batin Kayla.
"Lalu kapan mereka keluar dari kantor? Apa mereka keluar bersama?"