Jejak Rasa

129_
Chapter #27

Page 27

Kemudian Kiran membuka halaman selanjutnya, hanya ada beberapa kata yaitu, Mama sayang Kiran. Tiga kata yang sangat membekas di hati Kiran, dengan rasa penasaran yang memuncak Kiran kembali membuka halaman selanjutnya.

Saat dinding menghalangi hati keluarga, mereka tidak akan bisa bersatu.

Karena mereka yang pergi bisa saja ditemukan, tapi mereka yang menghilang di rumah mereka sendiri tak akan bisa ditemukan.

Hingga akhirnya Kiran berada di halaman terakhir, tidak ada lagi catatan dari Ibunya setelah ia mengecek beberapa halaman di belakangnya. Dengan seksama dan air mata yang berderai Kiran membaca satu lembar catatan penuh.

Aku pikir hari ini adalah hari baru yang indah dengan sambutan beberapa burung kecil, namun sepertinya itu hanya khayalan ku saja. Sungguh ku tidak menyangka dengan perlakuan Suami ku hari ini, jejak cambuk yang memilukan setiap orang yang melihatnya, menjadi ukiran indah di tubuh rapuh ku yang di torehkan oleh Suami tercinta. Bahkan, jeritan pilu dan tangisan yang begitu menyayat hati dariku tidak mampu membuat manusia di hadapan ku sadar. Dengan begitu mudah ia memainkan alat cambuk yang sepertinya baru di belinya hanya untuk menyiksa ku. Hingga, seseorang yang merebut kebahagian ku menyelamatkan ku dari alat cambuk yang ku pikir akan terus menyiksaku. Aku tidak perduli dengan kedua manusia hina seperti mereka, karena pikiran ku hanya terpusat pada anak ku Kirania yang sudah dewasa dan akan menyelamatkan ku dari monster sepertinya. Dan semua bekas cambuk ini karena pot kaca yang pecah di belakang rumah, siapa pun yang memecahkan pot itu aku sangat membencinya, karenanya diriku merasakan siksaan yang sebelumnya tidak ku dapatkan.

Catatan itu begitu menyayat hati Kiran saat membacanya, ternyata hidup Lita begitu terpuruk saat Kiran sudah tidak bersamanya lagi. Kiran merasa bersalah akan dirinya sendiri, mengapa ia menuruti perkataan Lita untuk pergi dari rumahnya jika Lita tersiksa dirumah itu sendirian? Seharusnya Kiran bersama dengan Ibunya untuk mendampingi dan menguatkannya dari semua masalah hidup yang ia jalanni.

"Hiks... Hiks.... Mama... Maafin Kiran, Ma."

"Ran, ini bukan salah lo. Jangan kayak gini Ran..." ucap Kayla lalu merangkul Kiran. Namun, Dinda masih memahami semua catatan Lita, hingga pikirannya berpusat pada pot kaca yang pecah kata Max.

"Guys, kalian inget gak? Sama yang di katakan Max, tentang pot kaca yang pecah?"

Kiran menghapus jejak air matanya dan Kayla melepas rangkulannya pada Kiran. Ia pun teringat tentang pot kaca itu setelah Dinda mengingatkan akan hal itu. Ia kembali membaca catatan itu, lalu ia memperhatikan dengan seksama Gelang merah muda yang ada di balik buku ini sebelumnya. Astaga! Mengapa Kiran melupakan foto Clarisa yang masuk dalam daftar 5 orang yang di awasi? Kiran merogoh sakunya untuk mengambil ponsel, lalu ia mengetik beberapa pesan pada Robert. Tidak lama kemudian Robert mengirim foto Clarisa. Hey, Gelang ini sama persis dengan yang melingkar di pergelangan tangan Clarisa, artinya... Gelang ini milik Clarisa? Oh my god, tidak di sangka Kiran akhirnya menemukan pelakunya. Tapi, bagaimana dengan Adit? Kejanggalan yang ada pada diri Adit, Kiran belum menemukan jawaban atas ini.

Lihat selengkapnya