Jejak Rasa

129_
Chapter #28

Page 28

Dua orang lelaki dengan setelan jas hitam dan kacamata hitam yang bertengger di batang hidungnya itu membuat mereka menjadi tampan dan gagah. Mereka berjalan dengan langkah cepat menuju sebuah rumah sederhana yang ada di komplek Anggrek. Rumah itu tampak sepi dan kumuh, sepertinya rumah itu sudah lama di tinggal oleh pemiliknya. Robert dan Max mengetuk pintu rumah tersebut, namun tidak ada sahutan dari dalam rumah ini. Mereka mencoba mengintip dari sela-sela rumah, namun sepertinya tidak ada orang di rumah ini. Robert dan Max pun beralih ke rumah berwarna kuning yang berada di samping rumah no 160 A ini. 

"Permisi, saya Robert ingin bertanya sedikit tentang rumah no 160 A yang ada di sebelah rumah Ibu, dan saya mohon jawab dengan jujur. Apa Ibu tahu seseorang yang tinggal di rumah itu?" tanya Robert pada pemilik rumah kuning seraya menunjuk rumah no 160 A itu. Awalnya Ibu yang sedang membakar sampah depan rumahnya terkejut karena di datangi oleh dua pemuda dengan setelan jas hitam dan tanpa ekspresi wajah. 

"Saya tidak mengetahui nama pemilik rumah itu, tapi terakhir kali saya lihat rumah itu di tinggalkan pemiliknya pada hari Senin lalu." 

"Apa dia penghuni baru di komplek ini?" 

"Tidak, kurang lebih satu tahun tinggal disini. Dan sekitar beberapa bulan ia meninggalkan rumahnya lalu pergi, saya tidak mengetahui dia pergi kemana, tapi yang saya lihat dia membawa koper."

"Lalu kapan dia kembali?" 

"Sehari sebelum ia pergi meninggalkan rumahnya lagi."

"Apakah dia tinggal sendiri?"

"Saya tidak tahu pasti, selama setahun terakhir menjadi tetangga saya hanya beberapa temannya yang mengunjunginya. Tapi, saya pernah melihat seseorang menggunakan Mobil sedan putih mengunjunginya."

"Apakah itu seorang wanita?"

"Tidak, saya tidak pernah melihat seorang wanita datang ke rumah itu." 

"Baiklah kalau begitu, terimakasih atas infonya."

"Sama-sama, Tuan." 

Robert dan Max kembali menuju Mobil lalu pergi meninggalkan rumah no 160 A itu dengan senyum smirk yang tersemat di bibir keduanya. Tangan Max merogoh saku yang ada pada bagian kiri dalam jasnya dan ia mendapatkan benda pipih itu lalu Max mencari sebuah kontak no yaitu no Kiran. Panggilan tersambung.... 

"Hallo, ada apa Max?" tanya Kiran setelah mengangkat telpon dari Max. 

"Golden Cafe, sekarang juga."

"Baik, segera meluncur." 

Max menutup telpon itu dan mengembalikan benda pipih itu dalam saku jasnya. Kini kecepatan Mobil mereka 90 km/jam, untungnya jalan tidak macet hari ini, jadi mereka dengan mudah menyalip kendaraan lainnya. Hingga Mobil mereka kini mendarat mulus di sebuah cafe dengan ornamen Italia yang menjadi ciri khas cafe ini. Tanpa membuka kacamata mereka, mereka berdua masuk dengan langkah tegas dan mata yang menyorot pada setiap meja untuk menemukan Kiran. Dan mereka menemukan Kiran di salah satu sofa hitam yang terlihat begitu mewah dengan meja kaca yang di atasnya terdapat bunga mawar merah dalam vas, Kiran terlihat duduk anggun di sofa dekat bar dengan baju berwarna putih dan di dampingi oleh kedua temannya yang tidak lain adalah Kayla dan Dinda. Robert dan Max dengan segera menghampiri Kiran. 

"Hallo," sapa Max lalu duduk di sofa yang berhadapan dengan ketiga wanita di depannya ini. 

"Hallooo..." jawab Dinda, hanya Dinda. 

"Langsung saja," ucap Kiran to the point pada kedua intel tersebut. 

"Namanya, Raju. Mantan napi yang bebas pada tahun 2020 karena kasus penculikan anak. Ia juga termasuk orang yang sangat berbahaya di dunia kriminal. Ciri-cirinya dengan tinggi badan 170cm kulit berwarna sawo matang dan ada tato bintang di lengan kirinya," ungkap Robert seraya memberikan foto Raju. 

"Dan setelah kami selidiki pelaku yang mengawasi kalian selama di desa adalah Raju, orang suruhan dari Aditya Mahendra." 

Waw! Tidak hanya Kiran, Kayla dan Dinda pun tercengang atas ucapan Robert sebelumnya. Bagaimana bisa Adit, teman baik Kiran berhubungan dengan seorang kriminal? Mengapa Adit melakukan itu? Apa tujuan Adit? Jika ia ingin Kiran baik-baik saja, untuk apa harus mempekerjakan seorang kriminal?. 

"Apa yang kamu katakan ini benar?"

"Benar, Kiran. Setelah kami evaluasi, Adit banyak meninggalkan jejak yang memudahkan kami untuk mengetahuinya."

Lihat selengkapnya