Lantai rumah sakit yang begitu dingin menyambut langkah mereka. Ketiga gadis yang tidak lain adalah Kiran, Kayla dan Dinda menuju pada ruangan Dokter spesialis mata yaitu Brian. Seorang pemuda tampan dengan potongan rambut under cut dan kulit yang putih mulus juga memiliki tinggi 175 cm itu banyak menarik perhatian setiap orang yang melihatnya, apalagi perawakannya begitu cool dan hangat, tentu orang-orang banyak yang ingin mengenalnya lebih dalam lagi. Kiran tampak senang berada di rumah sakit tempat ia bekerja, rasanya dunianya kembali seketika. Namun sekelebat bayangan tentang salah satu pasiennya yang bernama Pridelia pun muncul. Dirinya merasa bersalah setelah meninggalkan Pridelia beberapa bulan silam. Hingga saat kepergian Pridelia yang membuat hati Kiran hancur, tapi di sisi lain Pridelia sudah menemukan tempat yang indah dan nyaman, Pridelia juga tidak akan merasakan sakit lagi.
"Kiran!" Suara itu membuat ketiga gadis ini menoleh ke arah sumber suara dan menemukan Tomi dengan setelan baju putih.
"Mana Brian?" tanya Kiran.
"Gak tau, di ruangannya mungkin."
Tanpa menjawab apapun pada Tomi, mereka langsung menuju ruangan Brian dan itu membuat Tomi menyerngit heran, untuk apa mereka menemui Brian? Mengapa Tomi tidak diajak? ingin sekali Tomi mengikuti ketiga gadis tersebut, namun iya sedang ada tugas yang harus ia selesaikan. Oleh karena itu saat ini Tomi membiarkan ketiga gadis itu, tapi nanti.... Ia akan mengintrogasi mereka tentang, untuk apa menemui Brian? Mengapa dirinya tidak di ajak kompromi bareng. Sudahlah Tomi harus dengan segera menyelesaikan tugasnya, urusan para sahabatnya itu bisa nanti.
Kiran membuka knop pintu ruangan Brian, Brian terlihat sedang berkutat dengan serius pada laptop di hadapannya. Kedatangan Kiran membuatnya tersadar lalu menutup laptop yang ia gunakan sedari tadi sembari mengucapkan "loh Ran? Tumben, ada apa? Apa udah mau masuk kerja Ran?"
"Tidak, kami datang mau minta sedikit bantuan dari mu. Tadi Kayla telpon kamu, gak kamu angkat jadi kami kesini deh," ucapnya lalu duduk di kursi yang ada di hadapan Brian.
"Bantuan? Bantuan apa? Cariin jodoh?"
"ihh.... Brian ngeselin banget deh. Ini tolong kamu lacak no ini ya," ujar Kiran seraya menyodorkan ponselnya pada Brian.
"Loh, ini bukannya no Adit ya? Adit hilang?"
"Eh... Sekate-kate lo, otaknya yang ilang, orangnya nongol terus," celetuk Kayla sewot.
"Eh, kok lo gitu ngomongnya sama sahabat sendiri," balas Brian setelah mendengar ucapan Kayla yang kurang bersahabat setelah mengucapkan nama Adit.
"Sahabat lo aja, kita enggak."
"Udah ah Kay. Brian kamu bisa bantukan?"
"Ran, gue pengen tau emangnya ada masalah apa ya?"
"Jadi gini...." Kiran mulai menjelaskan apa yang sebelumnya tidak di ketahui oleh Brian maupun Tomi. Brian mendengarkan dengan fokus, dapat Kiran nilai bahwa Brian sama terkejutnya saat Kiran mengetahui semuanya. Setelah menceritakan semuanya pada Brian, Brian kembali berkutat dengan laptopnya untuk mengetahui keberadaan Adit sekarang. Sumatera, tempat Adit berada sekarang. Hey! Mengapa Adit berada di Sumatera? Apa yang ia lakukan di Sumatera?.
"Ian, Sumatera di bagian mana?"
"Desa Horas, tempat kita dinas Ran."
"Haa!! Untuk apa dia ke desa itu? Atau jangan, jangan..." Kiran menoleh ke arah Kayla dan Dinda yang hanya menatapnya bingung.
"Jangan-jangan Raju juga berada di Sumatera?"
"Ran! Hubungi Adam segera Ran!" kata Kayla.
Kiran langsung menghubungi Adam, namun panggilan tidak kunjung berdering.
"Gak bisa, Kay!"
"Robert!"