Jejak Rasa

129_
Chapter #37

Page 37

"Ran, apa kau bersedia untuk ikut bersama ku di Italia?" 

"Tentu."

"Bagaimana dengan sahabat mu? Dan karir mu? Apa kau siap untuk meninggalkan itu semua?"

Mengapa Kiran melupakan itu semua? Bagaimana dengan sahabatnya? Mereka pasti sangat sedih saat Kiran tidak bersama mereka lagi. Dan bagaimana dengan karir, juga perusahaannya?. 

"Aku bingung, Dam. Maukah kau membantu ku dalam hal ini?" 

"Mengapa tidak?" 

"Terimakasih."

"Ran, maukah kau bertemu dengan orang tua ku?" 

"Dengan senang hati bisa bertemu dengan orang tua mu." 

"Kalau begitu, ayo." 

Adam menggenggam tangan Kiran lalu mereka pergi menuju rumah Adam. Kiran yang berada di jok belakang sepeda motor Adam, tersenyum dengan sangat bahagia tanpa beban seakan hari ini penuh dengan kejutan di setiap langkahnya. 

"Dam, aku sangat nevers... Bagaimana ini?"

"Haha benarkah itu? Aku sangat ingin melihat wajah gugup mu itu."

"Ihhh.... Adam jangan ketawa dong, beneran aku gugup banget."

"Yaudah peluk aku, agar kau tidak gugup lagi."

"Ah, Adam modus banget!" Kiran memukul pelan punggung Adam dan itu membuat Adam tertawa melihat tingkah malu Kiran.

"Modus-modus gini kau suka kan?" 

"Suka! Suka banget." 

Kiran memeluk Adam dari belakang dengan erat seperti tidak ingin kehilangan sosok Adam. Rasanya begitu nyaman berada di sisi Adam untuk saat ini maupun untuk setiap saat yang akan datang. Apalagi Adam terlihat sangat gagah dengan baju seragam Kamuflase tentara Italia. Dirinya begitu tampan hari ini, Adam membuat Kiran merah muda saat melihat wajahnya. 

Hingga saatnya tiba di rumah Adam. Kiran yang baru saja turun dari motor hanya berdiri diam di depan sana.

"Ran, ayo." 

"Hmm tunggu." 

Kiran berlari kecil mensejajarkan langkahnya dengan langkah Adam lalu menggandeng tangan Adam.

"Assalamualaikum..." ucap salam Adam, lalu tidak lama kemudian pintu rumah terbuka dan menampilkan seorang gadis kecil dengan boneka Teddynya.

"Kak Kiran?" 

Kiran tersenyum manis kearah Ana, namun wajah gugupnya masih sedikit terlihat.

"Na, panggil Mamak sama Bapak." 

"Iya, bentar." 

Ana pun ngacir masuk ke dalam rumah untuk memanggil kedua orang tuanya. Tidak lama kemudian muncul dua orang paruh baya dari balik pintu. 

Lihat selengkapnya