Jejak Rasa

Yaraa
Chapter #2

Chapter #2 - Diganggu

Gisha menyerobot duduk di dekat teman-temannya di ruang serba guna. Ada Reno Satria menjabat ketua PMR, Helmi Antoro menjabat Wakil ketua Pramuka dan Adam Abdika sebagai ketua dari tim Futsal. Walaupun berbeda jurusan ekskul tapi pertemanan mereka terjalin dengan baik.

"Dateng-dateng wajah lo kusut kayak cucian belom kering," celetuk Adam memerhatikan Gisha yang baru datang duduk di sebelahnya.

"Jangan-jangan dia ditolak cewek!" tebak Reno tergelak sendiri.

"Gak mungkin! paling di kacangin gebetannya ciaaat... ciattt," balas Helmi membuat Adam dan Reno terbahak mendengarnya.

Gisha ikut tertawa lalu raut wajahnya berubah serius menatap ketiga temannya. Sadar akan bau-bau ketidak benaran di wajah ketua Paskibra itu Reno menawarkan jasanya.

"Ke UKS kuy! siapa tahu lo butuh perban." Reno mengajak Gisha.

"Butuh banget gue buat kalian bertiga supaya berubah jadi mumi," timpal Gisha kesal.

"Kenapa sob, muka lo bete gitu?" Adam bertanya karena tidak biasanya Gisha datang menampakan wajah berlipat-lipat.

"Gue lagi kesel sama satu spesies cewek," jawab Gisha mengacak rambutnya.

"Biasanya lo seneng juga kalau menyangkut cewek," timpal Reno terkekeh.

"Dia beda. Malah ngejawab pertanyaan gue hanya pake gelengan sama anggukan doang," ucap Gisha tidak habis pikir.

"Emang ada?" tanya Helmi penasaran.

"Kan gue cerita barusan ya ada, lah." Gisha menjawab dengan sewot.

"Namanya siapa? adek kelas?" tanya Reno, setahunya Gisha famous jika di kalangan kelas 12.

"Teman sekelas gue, baru gue kenal juga sih," tutur Gisha karena akhir-akhir ini ia sibuk latihan paskibra jadi tidak sempat masuk kelas.

"Jangan-jangan lo ngobrol sama si Nisa-Nisa itu ya?" tebak Adam baru ingat.

"Yesa namanya," ralat Helmi.

"Sasha," tambah Reno.

"Woy! Kagak ada yang bener, namanya Neysa," seru Gisha kesal.

Ketiganya kompak mengangguk mendengarkan curhatan Gisha dengan serius disusul gelak tawa dari Helmi membuat Adam dan Reno menatap tajam ke arah Helmi.

"Gue aneh aja masa ada cewek jawabnya geleng sama ngangguk doang kan langka gitu," kata Helmi takjub. Ia memang pernah bertemu beberapa tapi tidak tahu sikapnya akan begitu seterusnya atau justru berbeda.

"Menurut gue mungkin si Nisa..."

"Neysa!" potong Adam membenarkan.

Lihat selengkapnya