Sekolah itu merupakan rumah kedua setelah tempat tinggal, bisa bertemu teman baru atau lama sehingga hari-hari penuh dengan keseriusan tapi menurut Neysa, tidak demikian.
Sekolah bukan rumah kedua. Sekolah juga bukan tempat mendapatkan teman baru. Baginya, di sekolah hanya mendapatkan kesunyian beda kalau di rumahnya apalagi di kamar. Kamar bagi Neysa tempat paling aman, nyaman meskipun senyap dan tidak membuat Neysa dipandang aneh.
Neysa mendengarkan lagu kesukaannya lalu teringat dengan Gisha Ranendra si ketua Paskibra yang akhir-akhir ini selalu mendekat padanya setelah Anggun Maharani.
"Apa kamu benar-benar mau jadi teman aku, Gisha?" tanya Neysa bermonolog sendiri seolah Gisha ada di hadapannya.
Gisha kelihatannya baik tapi Neysa ragu untuk berbicara dengannya. Ia takut Gisha dijauhi teman-temannya jika terlalu dekat dengan Neysa dan itu tidak boleh sampai terjadi.
Neysa hanya ingin menyelesaikan sekolahnya dengan lancar lalu kuliah di universitas favoritnya nanti.
Gisha Ranendra anak dari pak Ranendra dan ibu Anin. Pak Ranendra adalah kepala sekolah dari SMA Gelatik namun Gisha seolah menyembunyikannya. Bukan karena malu, Gisha hanya ingin menjadi murid biasa dan hanya Adam, Reno dan Helmi saja yang mengetahui semua ini.
Gisha mengirim SMS sangat banyak pada Adam, Reno juga Helmi. Anehnya ketiga orang itu kompak menjawab masih dijalan padahal Gisha sudah menunggu tiga jam di rumahnya. Kalau begini ceritanya Gisha ingin membatalkan saja.
Di mobil Helmi dan Reno terbahak membaca pesan dari Gisha seolah sangat ingin menemui mereka detik ini juga. Adam yang sedang fokus menyetir terganggu walaupun keduanya berada di belakang.
"Kalian berdua liat apaan? bahagia bener," tanya Adam sesekali melirik ke belakang.
"Ini si Gisha SMS kita kayak nagih hutang berbulan-bulan coba deh cek hape lo pasti isinya sama," jawab Reno sambil terkekeh kecil membaca rentetan pesan dari Gisha.
"Mulutmu harimaumu," sahut Adam ketus.
Helmi menoyor kepala Reno. "Lo mau kita is det, si Adam main hape sambil nyetir," ucap Helmi memperingati.
"Lupa gue, silahkan bapak fokus ke depan nyawa kami tergantung pada kehati-hatian anda," ujar Reno serius seperti majikan memeringatkan supirnya.
"Berisik lo!" ucap Adam tambah kesal.
Mobil Adam sudah terparkir di halaman rumah Gisha dan jangan lupakan tuan rumahnya juga ada di sana tengah duduk manis sambil menatap tajam ke arah Adam, Reno dan Helmi bergantian.
"Macet tadi," Adam beralasan padahal sengaja dilama-lamain.
"Iya gue mencret maksud gue macet di jalan," tambah Helmi tak jelas.
"Gis, katanya kita bertiga boleh main rumah lo ini malah gak diajak masuk gitu?" bujuk Reno.
"Suruh siapa lama gue nunggu kalian tiga jam, sementara bokap dan nyokap gue pergi empat jam lalu." Gisha kesal dengan ketiga temannya.
"Jangan gitu dong kita kan fren," ucap Adam merangkul Gisha dan ditepis langsung oleh sang empunya.
"Masuk!"
Helmi, Reno dan Adam kompak tersenyum lalu masuk ke dalam diikuti Gisha yang pergi ke dapur untuk membawa cemilan. Gisha merasa kesepian di rumah jika Mama dan Papanya sedang pergi karena pergi mereka cukup lama bisa sampai satu minggu.
"Gis, gue minjem PS ya?" Adam meminta izin dan langsung mengajak Reno agar bermain.