"Ney!"
"Neysa!"
"Dia kenapa? Emang bener kata si Reno gue itu gak pernah bisa ngerti tentang cewek maunya apa," keluh Gisha menatap hampa kepergian Neysa yang tak menoleh sedikitpun padanya.
Sedangkan Neysa terus berjalan ke kelas tanpa peduli seruan Gisha yang memanggilnya di parkiran. Gisha cukup kebingungan oleh sikap Neysa hanya bisa pasrah padahal mau meminta maaf atas kejadian kemarin. Baru saja akan duduk, Neysa dipanggil seseorang untuk pergi ke aula dan buru-buru ia pergi.
"Ini belum pada dateng?" tanya Rere salah satu pemain bulutangkis melihat yang datang cuma setengahnya.
"Baru juga jam setengah tujuh kurang ya masih pada di rumah dong," jawab temannya.
Neysa pikir di aula sudah ada pak Marko eh hanya lima orang yang asyik ngobrol tanpa menganggap kehadirannya disini. Ia akan beranjak tapi seseorang berdeham membuat Neysa menoleh ke arah sumber suara.
"Lo mau kemana?" tanya Rere.
"Kelas." Neysa tersenyum simpul.
"Tunggu aja disini lagipula hari ini jadwal latihan," balas Rere menghentikan kepergian Neysa.
"Maksudnya?"
"Latihan bulutangkis di rubah jadwalnya nanti pak Marko mau ngejelasin lagi."
Neysa tersenyum simpul lalu mengangguk mengerti.
"Gue Rere kelas 12 IPS tiga, kalau lo?" tanyanya sambil mengulurkan tangan.
Neysa membalas uluran tangan Rere. "Aku Neysa, dari 12 IPA satu."
"Oh lo masuk kelas unggulan?" Rere lebih dekat lagi duduk dengan Neysa.
"Iya."
"Nanti kita jadi partner buat latihan mau gak?" tawar Rere antusias.
"Mau," jawab Neysa pelan dan Rere tersenyum senang.
Sekarang Neysa memiliki teman untuk berlatih bulutangkis dan tak perlu lagi kebingungan dengan siapa dia akan bermain.
***
Gisha sampai di kelas tapi tak menemukan Neysa disana. Setahunya, Neysa tidak mungkin kemana-mana kalau di jam pagi begini. Lalu kemana perginya sekarang? Padahal tasnya ada di kelas dan masalahnya di kelas belum ada siapa-siapa sehingga Gisha bingung mau bertanya kepada siapa.
Gisha melanjutkan mencari Neysa namun tepukan di bahunya mengharuskannya untuk menoleh.
"Ngapain lo tepuk-tepuk bahu gue emang gue supir angkot?" ujar Gisha sewot.
"Gue aneh aja sama lo pagi-pagi celingak-celinguk, nyari keong lo?" ucap Endi terkikik geli.
"Sok tau, gue cari ikan duyung, nyari kepiting, bahkan nyari ikan terbang pun emang apa urusannya sama lo?" Gisha semakin kesal.
"Padahal gue mau menawarkan jasa," kata Endi dengan wajah sedih.
"Jasa apaan?" bingung Gisha.