Jika melakukan sesuatu mengarah ke hal positif dengan semangat niscaya hal yang kamu kerjakan itu akan menjadi lebih mudah untuk di jalani.
Bersekolah di SMA Gelatik sedikit membawa perubahan bagi Neysa apalagi setelah tiga tahun menuntut ilmu disana akhirnya ia mendapat dua teman dan tentu membuat bersyukur karenanya. Teman yang selama ini ia inginkan akhirnya hadir juga.
Pagi ini Neysa akan mengikuti upacara bendera untuk pertama kalinya karena Neysa selalu berada di UKS saat upacara berlangsung. Topi tak lupa ia pakai supaya mengindari panas matahari menembus langsung ke kepalanya.
Di sudut lain Gisha tengah bersiap menjadi pengibar bendera saat upacara nanti bersama dua temannya.
Upacara berjalan khidmat dari pengibaran bendera merah putih sampai mendengarkan pidato dari pak kepala sekolah semua dilaksanakan dengan tertib.
Tak disangka ternyata Neysa bisa melaksanakan upacara tanpa hambatan. Ia tidak tahu kenapa tubuhnya tidak terbiasa dengan sinar matahari yang terlalu lama menyinari tapi sekarang ia bisa. Mungkin selanjutnya akan terus mengikuti upacara bendera setelah tahu dirinya baik-baik saja.
Gisha habis dari ruang kepala sekolah dipanggil sang Ayah tapi menimbulkan tanya bagi Neysa yang baru saja melihatnya keluar dari sana.
Neysa penasaran apa yang Gisha lakukan sampai kepala sekolah memanggilnya namun tidak mungkin juga Neysa bertanya dengan penuh keberanian pada Gisha. Bagaimanapun juga Neysa akan menunggu Gisha saja yang bercerita walaupun kemungkinannya kecil.
"Lo ikutin gue ya?" ujar Gisha terkekeh.
Neysa menautkan alisnya. "Nggak aku mau ke..." mengendarakan pandangannya mencari alasan.
"Ke mana? Udah jangan bohong sama gue tapi di satu sisi gue seneng loh Ney diikutin sama lo," ucap Gisha berseri-seri.
"Senang kenapa?"
"Lo khawatir sama gue karena dipanggil kepsek iya kan, ngaku?" lagi-lagi Gisha menggoda Neysa.
"Nggak, kamu jangan geer," balas Neysa jutek lalu bergegas pergi.
"Ney tunggu! Kenapa nasib gue selalu ditinggalin?" gerutu Gisha sambil mengejar Neysa yang sudah jauh.
Gisha tak henti-hentinya menggoda Neysa padahal sudah di depan kelas hingga Gisha tersadar hampir saja menabrak pintu yang terbuka secara tiba-tiba.
"Oy! siapa yang buka pintu sembarangan? Untung gak kena muka gue!" Gisha memegangi wajahnya memastikan baik-baik saja.
"Tuh si Denaya!" tunjuk Endi pada Denaya yang sedang berkumpul bersama teman-temannya.
Denaya mendekat. "Kok nyalahin gue? Justru yang mainin pintu itu lo," kesal Denaya menatap sengit ke arah Endi.
Endi menggeleng. "Gis, si Denaya emang suka lempar batu sembunyi tangan," lanjutnya tak takut dengan tatapan sengit yang ditujukan Denaya.
"Sok tau lo artinya tuh peribahasa," cibir Denaya.
"Tau lah gue kan ketua kelas paling pinter," tukas Endi menyombongkan diri.
"Iya saking pinternya rangking lo masuk sepuluh besar," sahut Denaya.
"Dari bawah tapi," lanjut Denaya sambil tertawa membuat seluruh murid kelas ikut tertawa.