Gisha sebenarnya belum berbicara lagi dengan Reno karena kejadian kemarin namun karena ucapannya pada Neysa akan benar-benar dilakukan untuk berbaikan dengan Reno.
Neysa benar, persahabatan memang harus di perbaiki dan jangan sampai rusak karena kepentingan pribadi.
Yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul. Reno datang dari ruang PMR dan Gisha langsung menghampirinya lalu berdehem singkat agar tidak terlalu gugup.
"Ren!" sapa Gisha.
Reno hanya berdehem pelan melanjutkan lagi berjalan sembari mengecek buku di tangannya.
"Ren gue..."
"Santai aja Gis, gue juga salah," potong Reno sudah tahu arah pembicaraan Gisha padanya.
"Jadi lo gak marah sama gue?"
"Ngapain gue marah sama lo?" Reno terkekeh.
Gisha menepuk pundak Reno. "Thanks bro, gue lega dengernya."
"Btw ngapain lo nyamperin gue? Atau lo mau pamer udah nembak cewek?" tebak Reno menyelidik.
Gisha menyerit bingung. "Siapa?" tanyanya.
"Kirana."
Gisha mengumpat, ia pikir Reno akan menyebutkan nama Neysa ternyata Kirana yang sama sekali Gisha tak suka apalagi berniat menjadikannya pacar.
"Tumben lo ikut rapat?" tanya Gisha heran setelah meredam kekesalannya.
"Penting, menyangkut stok obat di UKS menipis jadi gue disuruh survei obat apa aja yang abis terus dilaporin sama Bu Tia. Gue duluan," pamit Reno.
Gisha mengangguk mempersilahkan dan keadaan hatinya lega. Saran dari Neysa memang mujarab. Lain kali, ia akan menanyakan saran lain, siapa tahu Neysa punya segala solusinya.
***
Murid-murid SMA Gelatik membubarkan diri setelah mendengar pengumuman dari pak Adipati bahwa hari ini pulang lebih cepat dikarenakan gurunya ada rapat. Tentu hal itu menyenangkan namun bagi yang mengikuti eskul apalagi perlombaan semakin dekat mereka harus latihan lebih giat lagi supaya bisa menampilkan yang terbaik.
Neysa hanya bisa menonton siswa-siswi yang pulang ke rumah sementara dirinya di aula bersama ke sembilan temannya.
"Ney, jangan sedih kali, nanti juga bisa pulang setelah latihan," hibur Rere pada Neysa yang masih melihat lapangan.
Neysa tersenyum simpul.
"Eh daripada lo sedih kita pelajarin pelajaran tentang bulu tangkis. Gue ajarin, setuju?" Rere memberikan tawaran.
Neysa mengangguk setidaknya melupakan sejenak sedihnya tidak bisa pulang ke rumah lebih cepat.
"Inget kata pak Marko, kuncinya kita harus benar dalam memegang raket. Kalau nggak nanti pukulannya gak bagus dan bikin tenaga kita cepet terkuras," pesan Rere mencontohkan pegangan raket yang baik dan benar.
Neysa pun membenarkan pegangan raketnya seperti yang Rere contohkan.
"Sekarang pukul kok ke udara menggunakan raket sebanyak yang lo bisa, kalau capek istirahat dulu." Rere kembali mencontohkan.
"Iya aku tau, masa mau dipaksain," jawab Neysa.
Neysa mulai bermain dan berhenti di hitungan 20.