"Gimana kak?"
Neysa terkejut langsung mengusap wajah Ina yang datang tiba-tiba menggunakan masker wajah berwarna hitam pekat tepat di sampingnya. Untung Neysa tidak lagi memegang sesuatu yang bisa langsung meluncur ke arah Ina, sang adik tercinta.
"Kalau ke kamar ketok pintu atau salam dulu ini main masuk aja pake masker wajah lagi," keluh Neysa agak kesal.
Ina bercermin di kaca. "Untung masker aku udah kering, coba kalau nggak harus aku ulang dari awal."
"Siapa suruh datang ngagetin bilas dulu sana serem tau," ucap Neysa mengingatkan.
"Penakut." Ina buru-buru keluar untuk membasuh wajahnya.
Neysa geleng-geleng kepala bukannya Ina lebih penakut daripada Neysa bahkan kalau mendengar sesuatu yang jatuh dari dapur karena tikus Ina malah menganggap itu hal mistis.
Ina duduk di tepi kasur. "Udah nih cerita sekarang!" tagihnya.
"Cerita apa sih?" bingung Neysa tidak mengerti apa yang harus diceritakan pada Ina.
"Tuh kan penyakit lupanya kumat." Ina cemberut.
Seingat Neysa tidak ada hal yang harus di ceritakan tapi Ina memaksanya untuk bercerita. Menceritakan hal apa? Gisha atau apa?
"Cerita apa sih, aku bingung?" tanya Neysa benar-benar tidak tahu apa yang harus diceritakan.
"Latihan," jawab Ina.
"Latihan bulu tangkis?"
"Iya di bulu tangkis, ada gerakan PSBB kan?"
"PBB, tunggu di latihan bulu tangkis tidak ada kata itu, kamu sebenarnya mau nanya-nanya yang lain ya?" tebak Neysa dan Ina mengangguk membenarkan.
"Udah deh jangan kepo sana belajar aja nanti juga kamu masuk SMA dan lihat yang lebih ganteng."
Ina mencebik kesal, kakaknya selalu saja menolak menceritakan tentang kumpulan cowok ganteng di sekolahnya padahal Ina hanya ingin kenal. Lebih baik sekarang ia pergi saja.
Neysa menggeleng pelan melihat Ina dan kembali fokus membaca tentang bulu tangkis. Ponselnya berdering membuat Neysa mengeceknya dan tertera nama Gisha Ranendra disana.
Gisha Ranendra: jadi?
Neysa Oktavia: jadi apa?
Gisha Ranendra: Besok jalan sama gue Neysa
Neysa Oktavia: tapi ketemunya di taman ya
Gisha Ranendra: Siap grak!
Neysa tersenyum simpul lalu merebahkan tubuhnya untuk segera tidur.
***