Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, Neysa merasa kebersamaannya dengan Gisha sudah terlalu lama.
"Gis, aku mau pulang ya," ucap Neysa sambil menyimpan raket.
"Gak mau lama-lama disini?" tanya Gisha tak rela.
"Udah sore."
"Iya juga sih, ayo gue anterin!" sahut Gisha.
"Gak perlu aku bisa pulang sendiri." Neysa menolak seperti biasa.
"Neysa Oktavia gue gak suka di tolak lho," ungkap Gisha memperingatkan.
"Yaudah." Neysa menerima tawaran Gisha.
"Yaudah apa?"
"Kamu anterin," jawab Neysa malas.
Gisha tersenyum mengulurkan tangannya supaya Neysa berdiri bukannya di balas, Neysa malah mengernyit bingung berlalu pergi begitu saja.
Gisha menghela napas menyusul Neysa yang benar-benar meninggalkannya.
"Ney, tunggu dulu!" seru Gisha.
Neysa berhenti menoleh pada Gisha.
"Tunggu bentar gue ke dalem dulu!" ucap Gisha.
"Lama gak?"
"Bentar, nanti gue balik lagi tapi lo jangan pergi!" peringat Gisha.
Neysa mengangguk pelan dan Gisha bisa masuk ke dalam rumahnya membawa sesuatu untuk Neysa. Reno, Adam dan Helmi sudah dipastikan pulang karena ketiganya sudah dipanggil orangtuanya masing-masing.
Sebuah mobil memasuki pekarangan rumah Gisha membuat Neysa gelagapan. Bagaimana kalau ia di sangka pencuri disini dan kenapa Gisha lama berada di dalam?
Neysa rasanya ingin menghilangkan saja sekarang begitu mendengar mesin mobil di matikan dan dua orang keluar dari sana menuju Neysa.
Gisha kamu...
Neysa tak henti menyumpahi Gisha dalam hati.
"Kamu siapa ya?" tanya wanita paruh baya tersenyum ramah.
"Halo Om, Tante, saya-"
"Mama papah kenalin ini pacar Gisha," ujar Gisha tiba-tiba merangkul Nesya.
Neysa melotot mendengarnya namun ia tak bisa berkata apapun.
"Oh ya, cantik sekali. Masuk yuk!" ajak Anin senang mempersilahkan Neysa masuk.
"Kamu tuh aneh masa pacarnya di tinggal di luar?" timpal Ranendra geleng-geleng kepala.
"Dia masih malu-malu mah pah," bisik Gisha pada Ranendra.
"Ayo masuk! jangan malu-malu Om Tante gak marah kok justru seneng akhirnya dia punya pacar, ayo!" kata Ranendra ramah.
Neysa tersenyum canggung sementara Gisha malah senyam-senyum sendiri membuat Neysa ingin sekali mencakar-cakar wajahnya. Tidak peduli dia ketua Paskibra atau fansnya ngamuk sekalipun pokoknya Neysa sangat sangat kesal.