Gisha memakai sepatunya lalu datang Adam yang duduk di sebelahnya karena kemarin ketiganya menginap di rumah Gisha dan jangan lupakan hari ini adalah hari Minggu tapi Gisha bersiap untuk mengikuti lomba.
"Lo gak pamitan sama Neysa?" tanya Adam memulai pembicaraan.
Gisha menoleh. "Emang penting?" tanyanya.
"Lo itu beneran suka gak sih sama dia, kasihan anak orang kena PHP mending gue dukung Reno Neysa dari awal," ucap Adam heran.
"Mulut lo minta di tambal, Dam?"
Adam menutup mulutnya. "Jangan lah mulut gue cuma satu," lalu ia terkekeh pelan.
"Gis, gue udah angkut koper lo ke mobil Adam" teriak Reno lalu duduk di teras.
"Gue udah beresin rumah lo sampe kinclong," tambah Helmi sambil mengepel lantai.
"Thanks guys kalian semua memang sobat gue paling best!" ucap Gisha bangga.
Adam menepuk bahu Gisha. "So pasti, selamat berjuang bro!" dan dibalas anggukan oleh Gisha.
"Jagain rumah gue tapi jangan sampe gue balik rumahnya udah rata sama tanah," peringat Gisha pada Helmi dan Reno.
"Gak gitu juga kali," sahut Reno kesal.
Adam mengantarkan Gisha ke sekolah dengan selamat.
"Mau gue anterin ke rumah Neysa dulu gak nih?" tanya Adam setelah sampai di depan gerbang.
Gisha turun dari mobil. "Nanti aja!" lalu mobil Adam melaju meninggalkannya.
Tempat perlombaan cukup jauh sehingga mengharuskan Gisha dan kawan-kawan membawa peralatan. Mereka semua akan diantarkan dengan bus. Sembari menunggu bus datang Gisha melangkahkan kakinya menuju rumah Neysa yang jaraknya lumayan dekat. Benar kata Adam, meskipun mulut mengatakan tidak namun hati malah sebaliknya.
Tok... tok... tok...