Jejak Sampai ke Bintang

Gabriella Gunatyas
Chapter #10

Jatuh Cinta padanya yang Tak Cinta

Setelah mendapatkan masukan dari berbagai pihak, sikap Adi ke Bintang pun akhirnya melunak, kini ia pun tak lagi mengekang Bintang layaknya anak kecil.

"Eh Pak Adi, Bu Rose, ini putrinya ya?" tanya salah seorang kerabat.

"Iya, Bu Yunita," jawab Rose.

"Ini yang seumuran anak saya kan?Beverly?" tanyanya lagi.

"Iya, Bintang, kenalin, ini mamanya Beverly," kata Rose.

"Bintang tante," ucap Bintang.

"Sekarang kerja di mana nak Bintang?" kata Bu Yunita.

"Belum kerja tante," jawab Bintang.

"Oh, padahal lulus kuliah udah tiga tahun lalu ya, nggak apa-apa anak perempuan kan nggak wajib kerja, bukan begitu Pak Adi?" ucap Bu Yunita lagi.

"Iya kan, Bu, anak perempuan kan tanggung jawab ayahnya," kata Adi.

"Nah iya, nanti pindah tanggung jawabnya kalau udah menikah. Beverly dulu juga gitu dia kerja cuma beberapa bulan aja, terus ketemu jodoh, tanpa lama-lama langsung ayahnya nikahin, takut jadi fitnah, pergaulan zaman sekarang kan ngeri sekali ya Bu Rose," urainya.

"Niat saya juga mau saya gituin Bu," kata Adi.

"Gimana mau ketemu jodoh, orang dikekang di rumah terus," jawab Bintang ketus.

Mendengar jawaban putrinya itu, Aid pun sedikit kesal.

"Bintang apa-apaan sih, ketusin ayah di depan Bu Yunita, harusnya bisa jaga sikap dong," kata ayah.

Bintang pun berlalu pergi meninggalkan ayahnya.

"Bintang," ucap Adi sambil mengejar Bintang.

"Ayah juga tega mempermalukan aku di depan Bu Yunita, lulus tiga tahun lalu nggak kerja, apa kata dunia? percuma kuliah tapi nggak pernah punya pengalaman kerja, dikurung aja di rumah," tembaknya.

Di sisi lain, hati Adi pun terketuk, ia mengingat kembali cita-cita masa kecil Bintang yang ingin menjadi seorang jurnalis, Adi begitu merasa bersalah lantaran tanpa sengaja ia memutus mimpi besar putrinya itu.

"Bun, Bintang ada cerita apa gitu nggak sama Bunda?" tanya Adi.

"Cerita soal?" tanya Rose.

"Iya cita-cita dia, mimpi dia?" tambah Adi.

"Nggak ada Yah, dia tuh kek pasrah-pasrah aja selama ini, kadang Bunda itu agak greget ya, dia nggak mau bersosialisasi, dia nggak mau keluar walaupun di komplek ini," ucap Rose.

Sempat terdiam sejenak, Rose akhirnya menyadari apa yang terjadi pada putrinya itu.

"Apa jangan-jangan Bintang minder ya yah? semasa sekolah dia kan selalu berprestasi, tapi sejak lulus kuliah dia hanya diem di rumah nggak ngapa-ngapain, tiap kali ketemu orang pasti ditanyain kerja di mana, terus lagi kapan nikah, sedangkan dua hal itu kan Bintang belum pernah ngerasain," beber Rose.

"Tapi kan sebenarnya itu ucapan orang Bun, Bintang di rumah nggak kerja kan Ayah masih mampu menafkahi," jawab Adi.

"Ya nggak bisa gitu dong Yah, zaman sekarang kan perempuan pada kerja, pada jadi independent woman, apalagi Bintang kan masih muda, beda kayak Bunda yang udah menikah, jadi fokus jadi IRT, jadi IRT aja Bunda dulu sering dibandingin sama ayang working mom," ungkap Rose.

Merasa memiliki momen yang pas, Rose pun merayu Adi untuk sedikit memberikan kebebasan pada Bintang.

"Yah, nggak boleh apa Bintang kerja? yang di kota sini aja, itung-itung pengalaman buat dia," pinta Rose.

"Ayah juga niat seperti itu tadinya Bun, ayah keinget dulu waktu kecil Bintang punya cita-cita jadi jurnalis, mengingat sekarang dia kayak gini, ayah jadi ngerasa bersalah udah memupus harapannya," kata Adi.

"Maka dari itu Yah, sebelum terlambat, boleh nggak kita kasih kesempatan Bintang buat coba kerja, biar dia juga bersosialisasi, kasihan dia yah," ucap Rose.

"Ayah pikirkan dulu soal ini, ayah juga udah minta beberapa teman ayah yang kerja di redaksi untuk mempekerjakan Bintang," ungkapnya.

Mendengar hal itu, Rose pun merasa lega, ia tak sabar memberi tahu Bintang hal itu.

"Bintang, Bunda ada berita bagus buat kamu," kata Rose.

"Emang ada Bun berita bagus di hidup Bintang, kan dari dulu gini-gini aja," timpalnya.

"Nggak boleh gitu, seriusan ini bagus beritanya, mau tahu nggak?" tanya bunda lagi.

"Ya boleh," jawab Bintang tanpa semangat.

"Bunda udah berhasil bujuk ayah buat izinin kamu kerja, kata ayah dia juga udah bilang ke temennya yang kerja di redaksi buat kasih info kalau ada kerjaan buat Bintang, sesuai kan sama cita-cita Bintang yang ingin kerja di media," ucap Bunda.

Mendengar hal itu, hati Bintang pun girang tak terkira.

"Beneran ini Bun?" tanya Bintang.

"Iya," jawab Bunda.

"Makasih Bunda," tutup Bintang.

Ternyata apa yang dikatakan Bunda bukalah isapan jempol belaka, ayah benar-benar mencarikan pekerjaan Bintang sesuai dengan keinginan yakni di bidang jurnalistik. Meski diberikan kesempatan untuk bekerja, ayah masih tetap mengantar dan menjemput Bintang ke kantornya.

"Bintang, semangat kerjanya ya," kata Ayah.

"Makasih Ayah," jawab Bintang.

Dengan rasa campur aduk, Bintang pun masuk ke dalam gedung tempatnya bekerja, di sana Bintang dibuat takjub dengan suasana kantor yang sama persis dengan apa yang ia impikan selama ini.

"Wah, bener-bener seperti impianku selama ini," kata Bintang.

"Ini Bintang ya?" tanya salah seorang.

"Iya Pak," jawabnya.

"Oke ikut saya sebentar saya perkenalkan ke Pak Aji, manajer di sini," ucapnya.

Bintang pun mengikuti sosok tersebut ke ruang Pak Aji.

"Permisi Pak Aji, ini Bintang," ucap sosok itu.

"Oh ya," jawabnya.

"Ini ya putrinya Adi, saya Aji," kata Pak Aji.

"Bintang," sambungnya.

"Ayah kamu sudah cerita banyak tentang kamu, BTW, saya ini dulunya teman sekolah ayah kamu lho, saya juga paham betul watak ayah kamu seperti apa, ya saya harap Bintang betah bergabung bersama perusahaan saya ini, karena saya dengar juga Bintang ini anak yang berprestasi," ucapnya.

"Nah Bintang, yang mengantarmu tadi namanya Derrel, dia juga yang akan mengajarimu soal kerjaan satu minggu pertama ini, kalau kamu menemui kesulitan bisa bilang langsung pada Derrel ya," ucap Pak Aji.

Di hari pertama ini Derrel banyak sekali mengajari Bintang apa saja yang harus dikerjakan, mengetahui si Bintang ini anak emas aka titipan, Derrel pun berusaha tidak judes.

"Nah ini daftar kerjaan kamu selama seminggu ke depan, karena ini perusahaan yang bergerak di bidang media masa, saya harap kamu kerjanya cepet ya, sistem kita kejar tayang soalnya," kata Derrel.

"Baik kak," jawab Bintang.

"Oh ya sebelum kerja di sini Bintang kerja di mana?" tanya Derrel lagi.

"Jobless kak, nggak kerja," jawabnya.

Mendengar jawaban itu, Derrel pun terkejut, bahkan ia menganggap keberadaan Bintang di sana hanya kan menambah beban pekerjaannya.

"Aduh Pak Aji, dapet titipan juga yang modelan tuan putri gini, nggak punya pengalaman, manja, apa kabar saya yang harus ngajarin dia," ucapnya dalam hati.

Selama bekerja, ternyata Bintang diluar dugaan, meski belum memiliki pengalaman kerja sebelumnya Bintang bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan rapi, alhasil Derel pun tak begitu terbebani dengan adanya Bintang di timnya. Melihat kemampuan Bintang yang cukup mumpuni, Derrel pun tak ragu untuk mengirimkan Bintang sebagai perwakilan kantor untuk bertemu klien.

"Der, saya mau tanya dong soal Bintang, dia kerjanya gimana?" tanya Pak Aji.

"Sejauh ini bagus ih Pak, nggak begitu susah ngajarin dia," jawab Derrel.

"Syukurlah, soalnya itu anak teman baik saya, saya juga awalnya ragu mau terima tapi mau gimana saya pernah utang budi sama ayahnya," jelas Pak Aji.

"Tenang Pak aman kok," jelas Derrel lagi.

Hari ini ada jadwal meeting di luar, Derrel pun berinisiatif mengajak Bintang.

"Bi, jam 17.00 WIB nanti kita ada meeting di luar, kamu ikut ya," pinta Derrel.

"Baik Kak," kata Bintang.

Mendapati agenda akan meeting di jam pulang kantor, Bintang pun mengirimkan pesan singkat ke ayahnya.

"Yah, Bintang ada meeting di luar nanti jam 17.00, Bintang pulang telat," tulisnya.

Meski sempat keberatan, Adi pun akhirnya melepas putrinya itu.

"Oke, hati-hati pulangnya, jaga diri baik-baik," balas Adi.

Ini adalah pengalaman pertama Bintang melakukan meeting di luar kantor, sedikit gugup tapi dia mencoba mengatasi susana itu dengan sebaik mungkin. Rupanya pengalaman kali ini tak semenyeramkan bayangannya, di sini Bintang mendapat banyak wawasan dan teman baru, di sini lah awal mula Bintang mengenal Steve.

Meeting pun berakhir di jam delapan malam, saat itu kondisinya hujan deras, saat akan pulang Bintang pun kesulitan mendapatkan taksi online yang mau mengantarkannya.

"Duh susah banget sih taksi online, dari tadi cancel mulu," ucap Bintang dalam hati.

"Kalau begini bisa-bisa kemaleman, ayah pasti ngomel," lanjutnya.

"Hai," sapa Steve.

"Hai," balas Bintang.

"Kok masih di sini? nggak barengan sama Derrel dan yang lain?" tanya Steve.

"Nggak, beda arah soalnya, jadi aku mau pulang naik taksi aja, tapi dari tadi nggak ada driver yang mau pick up," beber Angel.

"Ke arah mana?" tanya Steve.

"Ke jalan Pelangi," jawab Steve.

"Bareng aja yuk, aku ke jalan Tangkuban Perahu, lewat sana kan? kalau malem dan ujan gini taksi online susah biasanya, daripada kemelam sama aku aja," ajak Steve.

"Boleh," jawab Bintang.

Momen ini juga sekaligus pertama kalinya Bintang diantar pulang oleh laki-laki lain selain ayahnya. Di dalam mobil Bintang pun agak canggung berbicara dengan Steve yang baru saja ia kenal.

"Kamu udah lama Bi kerja di Ultima?" tanya Steve.

"Belum, baru tiga bulanan lah," jawab Bintang.

"Oh, makannya aku kayak asing gitu sama kamu, padahal dari dulu kantor aku sering kerja sama sama Ultima, tapi nggak pernah lihat kamu," ucap Steve.

"Kalau kamu udah lama kerja di Tirac?" tanya Bintang balik.

"Lumayan, udah tujuh tahun, sejak lulus kuliah langsung kerja di sana, nyaman sih jadi nggak mau pindah," ucap Steve.

"Apa yang bikin nyaman kalau boleh tau?" tanya Bintang lagi.

"Um, satu sesuai passion, dua suka lingkungan kerjanya, yang ketiga, founder Tirac, Bu Angel itu baik banget, bukan cuma sebagai bos, dia itu udah layaknya ibu bagi karyawan-karyawannya, baik banget dia," ucap Steve.

"Pantesan betah, soalnya emang atmosfer kantor kamu bagus banget ya, work life balance," kata Bintang.

"Iya, jadi males mau pindah-pindah kerja," urai Steve.

Masih sama seperti biasanya, Adi pun selalu menunggu di depan pintu saat putrinya belum pulang, dengan harap cemas, Adi menantikan Bintang pulang. Ia pun lega tatkala ada sebuah mobil berhenti di depan rumahnya.

"Btw makasih banyak ya tumpangannya," ucap Bintang.

"Its oke," tukas Steve.

Bintang pun berlari ke dalam rumah lantaran saat itu gerimis masih mengguyur.

"Bintang," kata Adi.

Seolah tak menghiraukan ayahnya, Bintang pun bergegas pergi ke kamarnya untuk bersih-bersih.

"Sudah Yah, nanti saja ngobrolnya, di baru pulang, kehujanan lagi," pinta Rose.

Sambil menunggu Bintang selesai mandi, Rose pun membuatkan minuman hangat untuk putrinya.

"Bintang, Bunda buatkan coklat panas di meja makan ya," ucap Rose.

"Iya Bun, nanti Bintang ambil," jawabnya.

Sambil mengeringkan rambut, Bintang pun berjalan ke arah meja makan, melihat ada Adi di meja makan itu, Bintang pun sedikit malas.

"Diinterogasi nih pasti," ucapnya dalam hati.

"Bintang, sama siapa kamu pulang tadi?" tanya ayahnya.

"Temen," jawab Bintang.

"Cowok?" tanya Adi lagi.

"Iya," jawab Bintang tertunduk.

Melihat ekspresi ayahnya memerah, Rose pun segera menengangkannya.

"Yah, yang namanya kerja itu pasti ada interaksi sama lawan jenis, itu hal yang wajar lho, di kantor ayah kan juga begitu," ucap Rose.

Ucapan Rose itu pun bisa meredam amarah Adi.

"Ya sudah hati-hati kalau sama lawan jenis, tau batasan dan jangan terlalu dekat," pinta Adi.

"Baik yah," jawab Bintang.

Setelah menikmati coklat panas buatan bundanya, Bintang pun bersiap untuk tidur, namun di saat itu ia menyempatkan waktu untuk men-scroll sosial media, saat itu Bintang dibuat penasaran dengan perusahaan tempat Steve bekerja.

"Tirac," ucapnya saat mencari tahu profil perusahaan Steve.

"Bagus juga ya, kayaknya perusahaannya sehat, no toxic di dalamnya, fun banget suasana kerjanya, wajar aja Steve nggak mau pindah," sambungnya.

"Oh, foundernya itu Angelica Rivgtyas, beberapa kali lihat dia di TV, sosoknya emang asik sih, pantesan Steve bilang bosnya baik banget, ternyata ini toh figurenya."

"Tunggu, ini kan Steve, hebat banget dia, udah pernah liputan langsung ke jalur Gaza," ucapnya.

Sontak saja Bintang pun dibuat penasaran tentang sosok Steve, ia pun lantas nge-stalk IG milik Steve itu. Bintang pun dibuat terkesima dengan banyaknya prestasi yang telah diraih Steve, selain itu Steve juga sangat amat memuliakan ibundanya, fix ini cowok idaman banget sih.

"Ganteng, berprestasi, memuliakan ibunya, fix sih cowok sempurna," ucap Angel dalam hati.

Pagi itu Bintang cukup kerepotan mencari flashdisknya, di dalam flashdisk itu terdapat beberapa data penting yang akan digunakan minggu depan.

"Duh di mana ya, perasaan nggak pernah aku keluarin dari saku kecil ini," ucap Bintang.

"Bintang, ayah udah nunggu di bawah," teriak bundanya.

"Iya Bun, Bintang turun," ucapnya sambil berjalan tergesa-gesa.

Sesampainya di dalam mobil,Bintang masih saja sibuk mencari flash disknya.

"Cari apa sih?" tanya ayah.

"Flashdisk yah," ucapnya.

"Terakhir kamu taruh di mana?" tanya Ayah lagi.

"Nggak pernah Bintang keluarin dari kantong kecil ini, tapi tiba-tiba nggak ada," jelasnya.

"Lain kali kalau barang penting taruhnya yang agak di dalem, takutnya jatuh," kata ayah.

Sesampainya di kantor, Bintang juga langsung mengerjakan pekerjaannya yang sudah menumpuk, tiba-tiba Derrel pun datang menghampirinya.

"Bi, nanti jam satu ikut aku ke kantor Tirac ya, jangan lupa bawa berkas yang kemarin," kata Derrel.

Lihat selengkapnya