Sejak kejadian itu, Bintang benar-benar terpukul, betapa tidak pertama kalinya ia jatuh cinta pada laki-laki dan langsung dipatahkan di saat itu juga. Setelah peristiwa itu Steve rupanya mengajukan pindah ke perusahaan milik Angel yang ada di Australia, Steve mengatakan pada Angel ia ingin memulai hidup baru di Negeri Kanguru setelah mengalami hal kurang menyenangkan, momen itu sekaligus dijadikan Steve untuk mengubur segala kenangannya bersama Bintang. Kini Steve sudah benar-benar meninggalkan Tanah Air dan memulai hidup baru di Brisbane.
Sementara itu Bintang tetap tinggal di sini bersama dengan segala perihnya, terhitung sudah 14 hari Bintang absen dari kantor, selain karena masalah kesehatan, Bintang juga masih berat melangkahkan kakinya ke tempat di mana ia dan Steve dipertemukan untuk pertama kalinya. Sekuat tenaga Bintang mencoba melupakan Steve dan segala kenangannya, ia mencoba melanjutkan hidup meski tiada lagi sosok Steve di sisinya.
"Padahal udah cuti 14 hari di rumah, tapi rasanya untuk kembali ek kantor nggak sanggup sama sekali," ucap Bintang saat masuk kerja lagi.
"Sudut-sudut ini semuanya penuh kenangan sama Steve, sumpah nggak akan sanggup," tandasnya.
Di hari itu Bintang hanya termenung di meja kerjanya, bahkan untuk mengerjakan pekerjaan ringan saja ia merasa tak mampu. Di tengah-tengah renungannya, Bintang pun memutuskan untuk resign dari pekerjaannya itu, dengan sigap ia membuat surat pengunduran diri yang langsung ia berikan ke Pak Aji saat itu juga.
"Permisi Pak," ucap Bintang saat ke ruangan Pak Aji.
"Bintang, silakan duduk, ada apa ini tumben sekali," kata Pak Aji.
"Ini Pak, saya mau menyerahkan surat pengunduran diri saya," kata Bintang.
"Lho kenapa? mendadak sekali kesannya?" tanya Pak Adi.
"Salah satunya alasan kesehatan Pak, saya baru saja masuk kantor lagi setelah 14 hari cuti karena sakit, dan di hari pertama bekerja saya rasa saya sudah tidak mampu bekerja seperti biasanya," kata Bintang.
"Yah sayang sekali ya, padahal kamu cukup kompeten untuk bekerja di bidang ini, tapi kalau alasannya karena masalah kesehatan, saya tidak bisa menahannya, terima kasih Bintang atas dedikasinya selama ini, semoga sehat selalu, salam buat ayah kamu ya," ucap Pak Aji.
"Baik Pak, saya juga terima kasih sudah diberikan kesempatan untuk bisa banyak belajar selama dua tahun lebih di perusahaan ini," tutupnya.
Meski tak tahu setelah ini apa yang akan ia lakukan, setidaknya Bintang lega ia tak harus mengingat-ingat lagi memori tentang kantor ini. Ia pun pulang dengan ruang hati yang sedikit lebih lapang. Alih-alih lebih baik setelah memutuskan keluar dari pekerjaannya, kondisi Bintang justru lebih parah saat ia tak memiliki kegiatan, ia sering kali terlihat menangis sesenggukan saat mengingat kembali tentang Steve. Hal itu pun membuat kedua orang tua Bintang khawatir.
"Yah, Bintang kenapa ya, kok masih sering nangis, sering ngelamun, diajak ngobrol jarang banget respons, Bunda jadi takut," ucap Rose.
"Ayah juga ngerasa itu anak makin ke sini semakin mengkhawatirkan Bun," kata Adi.
"Kita nggak bisa diem aja Yah, lakukan sesuatu, kasihan dia," pinta Rose.
"Ayah juga bingung Bun, ayah belum pernah ada di posisi Bintang, jadi ayah nggak tahu harus apa," kata Adi.
"Perlu nggak Yah kita bawa Bintang ke psikolog?" tanya Rose.
"Menurut Ayah nggak sih Bun, apa kita konsultasi ke ustaz saja, bukannya itu lebih better daripada harus ke psikolog," kata Adi.
"Boleh Yah, ide bagus," tukas Rose.
Setelah mendapatkan masukan dari berbagai pihak, Adi dan Rose pun sepakat mengkonsultasikan keadaan Angel ke ustaz yang sudah mereka pilih. Di sana Adi dan Rose menceritakan secara detail apa yang terjadi berikut dengan perubahan sikap Bintang saat ini.
"Ya begitulah Ust, saya juga bingung harus bagaimana lagi," kata Adi.
"Ya Pak Adi, memang ada kasus-kasus seperti yang dialami putri Bapak itu, yang namanya manusia sudah memiliki keinginan dan tidak tercapai itu hancurnya luar biasa."
"Di luar sana banyak yang punya keinginan namun mereka lupa, yang akan kita dapatkan adalah ketetapan dari Allah, di situ lah banyak sekali orang yang kecewa hingga melakukan reaksi yang kadang diluar nalar manusia," jawab sang ustaz.
"Lalu solusi terbaiknya apa ya Ust?" tanya Adi lagi.
"Kalau menurut saya, putri Pak Adi kan sudah besar, sudah waktunya menikah juga, mengapa tidak diikutkan taaruf saja? dengan ta'aruf kan membuka peluang putri Bapak untuk menemukan jodohnya. Dengan begitu putri Bapak akan memulai hidup baru bersama suaminya dan perlahan-lahan melupakan mantan kekasihnya itu," jelas si ustaz.
Setelah melalui pertimbangan yang panjang, Rose dan Adi pun setuju mengizinkan Bintang mengikuti taaruf. Keduanya berharap dengan cara ini Bintang bisa pulih seperti sedia kala. Proses taaruf yang dijalani Bintang pun tidak melulu berjalan mulus, tiga laki-laki gagal lantaran Bintang masih menjadikan sosok Steve patokan saat ia mencari pasangan baru. Barulah pria keempat ini dianggap Bintang setara dengan sosok Steve, Damar namanya.
Selain pekerja keras, Damar juga sosok laki-laki yang religius, Damar juga pandai dan memiliki profesi yang cukup mentereng yakni sebagai dosen di salah satu universitas swasta di kota itu. Kali ini tidak begitu sulit bagi Damar untuk mendapatkan restu dari Rose dan Adi, sebab Rose dan Adi memandang Damar sudah cukup kuat secara bibit, bobot dan bebetnya. Tak ingin putrinya berlama -lama memikirkan Steve, Adi pun meminta Damar untuk segera menikahi putrinya. Setali tiga uang, pihak keluarga Damar pun juga menyetujui permintaan Adi tersebut, kini dua keluarga itu tengah sibuk mempersiapkan pernikahan putra dan putri mereka.
Persiapan pernikahan Bintang dan Damar tak berlangsung lama, hanya dalam waktu enam bulan saja seluruh persiapan pernikahan keduanya sudah 90 persen selesai. Di saat itu Bintang pun hanya ikut keputusan ayah dan bundanya saja, seluruh konsep pernikahan pun diserahkan sepenuhnya pada ayah dan bundanya. Di sisi lain, Bintang juga melakukan salat istikharah sebelum akhirnya memantapkan hati untuk menikah dengan Damar, selama lebih dari 45 hari melakukan istikharah, Bintang mengaku tidak mendapatkan jawaban apapun di dalam mimpinya, namun ia merasa proses pernikahan yang diurus oleh ayah dan bundanya selalu dipermudah, tanda itu lah yang diartikan Bintang bahwa ia dan Damar benar-benar berjodoh.
"Nah kamu tuh belajar masak gitu lah, bentar lagi kan mau jadi istri orang, takutnya kamu nggak bisa masak malah jadi bulan-bulanan mertua kamu," kata Bunda ke Bintang.
"Iya, ini juga baru belajar yang gampang-gampang," jawab Bintang.
"Tumben banget anak ayah mau ke dapur," timpal Adi.
"Wajib lah Yah sekarang, bentar lagi mau jadi istri orang masa iya nggak bisa masak," tandas Bunda.
"Oh ya Bi, Damar sudah bilang ke kamu, kalau kalian menikah nanti mau tinggal di mana?" tanya Ayah.
"Belum fix yah, katanya mau ambil rumah dia, kalau nggak ya bangun tanah milik ibunya, tapi belum jelas sih," ucap Bintang.
"Coba diperjelas lagi, soalnya itu hal penting, mau ikut tinggal di sini Ayah sama Bunda juga oke-oke aja," tambahnya.
"Iya, coba Ayah saja yang memperjelas," pinta Bintang.
"Lebih baik Bintang dong, kan Bintang yang mau jalanin," ujar Bunda.
Sore ini Bintang ada undangan makan malam bersama keluarga Damar, sambil menunggu bersiap dijemput Damar, Bintang pun menscroll-scroll media sosialnya. Di sana Bintang dibuat kaget bukan main, sebab Maura mengunggah postingan bersama Steve, ia pun berusaha menyembunyikan tangisnya dari Damar yang saat itu sudah ada di hadapannya.
"Yuk," kata Damar.
"Oke," jawab Bintang.
"Kenapa?" tanya Damar lagi.
"Kena debu, its oke kok," tegasnya.
Keduanya pun bergegas ke rumah Damar untuk acara makan malam bersama, di sana ibunda Damar pun membahas rencana pernikahan yang sudah hampir selesai, selain itu ibunda Damar juga menyinggung soal tempat tinggal saat keduanya sudah menikah nanti.
"Bintang, kalau sudah menikah nanti Bintang dan Damar rencananya mau tinggal di mana?' tanya ibunda Damar.
"Bintang ikut keputusan Mas Damar saja Bu," jawabnya.
"Kemarin Damar sudah bilang ke ibu, kita punya dua opsi, cari rumah atau bangun rumah di tahan ibu, itu nanti kalian berdua yang putuskan, selama rumah kalian belum ada, kalian tinggal di sini saja," pinta ibu.
"Ayah dan Bunda tadi juga bilang seperti ini Bu, kalau rumah kami belum siap, kami diminta tinggal di sana karena kebetulan saya juga anak tunggal," jelas Bintang.