Jejak Sampai ke Bintang

Gabriella Gunatyas
Chapter #13

Masih Cinta

Kali ini Angel menikmati liburan musim panasnya, ia pun memilih pulang ke Tanah Air untuk bertemu dengan keluarga. Di sini Angel pun banyak menghabiskan waktu untuk dirinya me time.

"Liburan summer kali ini milih di Indo aja biar sekalian bisa ketemu keluarga dan temen-temen lama. Umm udah lama banget rasanya nggak ke cafe, besok deh coba cari cafe yang deket-deket rumah aja biar sekalian bisa me time sama cari ide buat bikin project," ucapnya setelah tiba di rumah orang tuanya.

Kurang lebih sepuluh tahun belakangan Angel memilih menetap di Brisbane, Australia, di sana Angel memilih hidup slow living, bekerja paruh waktu di toko kue dan menjalankan bisnis rumah produksinya jarak jauh. Hidup Angel di usia saat ini terbilang sudah mapan secara finansial, bukan hanya mempunyai passive income dari rumah produksinya, ia juga punya banyak sekali property yang juga menghasilkan cuan untuknya. Bukan perkara sulit bagi Angel untuk berpindah-pindah negara, sebab di mana pun dia tinggal uangnya tetap akan mengalir deras dari bisnis-bisnis yang sudah dijalankan selama puluhan tahun.

Kali ini Angel akan menetap di Indonesia selama empat minggu, momen ini tak mau disia-siakan Angel begitu saja, ia segera menghubungi sahabat-sahabatnya untuk sekedar mengadakan pertemuan singkat, hang out dan melepas rasa rindu, selebihnya Angel mau mempergunakan waktunya untuk quality time bersama orang tua dan adiknya. Kebetulan hari ini Angel tidak ada janji dengan siapa pun, bahkan sejak pagi ia sudah merasa gabut lantaran tidak ada pekerjaan yang bisa ia kerjakan, terbersit dalam benaknya untuk pergi ke coffe shop, siapa tahu di sana Angel mendapatkan ide untuk membuka project baru.

"Dari tadi pagi ngeluntungan di kasur doang, nggak ada yang bisa dikerjain, mana rumah sepi banget, orang tua lagi keluar, adik sibuk kerja, apa ke cafe aja kali ya," ucapnya.

Ia pun bergegas turun dari tempat tidur dan bersiap mandi, setelah itu Angel memilih dress bernuansa putih dan cream sebagai outfit yang akan digunakan, entah kenapa saat ini moodnya terbilang bagus, ia duduk di meja riasnya kemudian berdandan rapi dengan beberapa polesan make up yang kian menambah ayu wajahnya. Step terakhir Angel menggunakan beberapa seseori dan menyemprotkan parfum sebelum berangkat. Tak lupa ia membawa tote bag berisikan dompet, HP, laptop dan kamera.

Angel pun tak mau terburu-buru menentukan cafe mana yang akan ia singgahi, ia memilih perlahan-lahan mengemudikan mobilnya, bernostalgia dengan melewati kembali jalan-jalan yang pernah ia lewati semasa kuliah dulu. Sudah hampir satu jam Angel menyetir tanpa arah dan tujuan yang jelas, sampai pada akhirnya ia merasa lapar dan berhenti di sebuah cafe. Cafe yang disinggahi Angel saat ini terlihat cukup estetik dari luar, tak hanya itu konsep cafe yang minimalis dan hangat membuat pengunjung betah berlama-lama di cafe itu.

"Selamat sore," ucap sang pramusaji.

"Sore," jawab Angel.

"Untuk berapa orang ibu?" tanya pramusaji lagi.

"Hanya saya sendiri," jelas Angel lagi.

"Baik Ibu, di lantai dua kami ada meja yang langsung menghadap ke bukit, cocok untuk menikmati senja, mari saya antar," kata sang pramusaji.

Sontak saja Angel mengikuti langkah kaki pramusaji itu ke meja yang telah disiapkan. Di sudut lain, rupanya ada Adi yang tengah menikmati secangkir kopi bersama teman-temannya.

"Angel," ucap Adi dalam hati.

Adi yakin betul wanita yang lewat di depannya tadi adalah Angel, meski sudah puluhan tahun tak bertemu mantan kekasihnya itu, Adi seolah memiliki ikatan batin yang lekat dengan Angel.

"Dia baru datang, mungkin dia butuh me time," sambungnya.

Dalam benak Adi muncul niatan untuk menemui Angel, namun ia tak buru-buru, ia membiarkan Angel menikmati me timenya, dan saat itu Adi juga sedang bersama teman-temannya.

"Semoga bisa berbicara sama kamu Angel, banyak sekali yang ingin aku katakan," harapnya dalam hati.

Sambil harap-harap cemas Adi pun menoleh ke arah tangga setiap kali ada langkah kaki di sana, ia berharap masih sempat menemui Angel untuk sekedar berbincang-bincang. Di sisi lain, Angel masih menikmati waktunya ditemani pemandangan senja yang sangat cantik, ia juga mengeluarkan jurnalnya sambil menuliskan rasa syukur dan perasaannya hari ini, tetesan penanya pun terhenti seketika saat minuman pesanannya datang.

"Permisi, choco ice blend, cookies," ucap sang pramusaji.

"Terima kasih," kata Angel.

Ia pun kembali menuliskan perasaan dan rasa syukurnya dalam jurnal, ya Angel selalu menuliskan perasaan dan ungkapan syukurnya dalam jurnal setiap hari, hal itu dirasa Angel membuatnya lebih baik dan bisa jauh lebih bersyukur dari hidup yang ia jalani. Sesekali Angel melirik ke arah langit untuk merasakan betapa indahnya ciptaan Tuhan itu. Selesai menulis jurnal, ia pun membuka laptop dan mengecek listing pekerjaan yang harus ia rampungkan dalam waktu dekat ini.

"Nggak ada yang begitu mendesak, cuma mikirin konsep buat project baru, cuma dari tadi nggak dapet ide, mungkin dengerin musik dulu kali ya biar bisa dapet pencerahan," tandasnya.

Angel pun mengeluarkan headphone dari dalam tasnya dan menyambungkannya dengan laptop yang ada di hadapannya, sambil memutar musik favoritnya, Angel mulai membaca e-book dari laptopnya itu. Seketika Angel pun hanyut dalam perasaan bahagia dan penuh rasa syukur dari lagu dan juga motivasi yang ia baca, suasana senja kian mendukung perasaannya itu. Tapi tiba-tiba seorang pria berdiri tepat di hadapan Angel, meski belum menyadari ada sesosok pria di hadapannya, Angel masih meneruskan kegiatannya itu. Bayangan pria itu terlihat jelas oleh Angel, kemudian ia pun melepas head phonenya.

"Angel," sapa si pria tadi.

"Adi," ucap Angel kaget.

"Boleh saya bicara dengan kamu?" tanya Adi.

Seketika raut wajah Angel pun terlihat masam, tak mengeluarkan sepatah kata pun, Angel mempersilakan Adi duduk dengan bahasa tubuhnya. Angel terlihat cukup kesal lantaran me timenya kali ini harus diwarnai dengan insiden bertemu Adi, laki-laki yang sudah menancapkan luka amat dalam di hatinya.

"Kamu apa kabar?" tanya Adi basa-basi.

"I'm good," jawab Angel sedikit ketus.

"Sudah lama sekali kita tak bertemu," sambung Adi.

Dalam kesempatan itu, Angel benar-benar enggan berbasa basi apalagi merespons baik mantan kekasihnya itu. Beberapa kali Adi mencoba basa-basi untuk mencairkan suasana, namun hanya direspons dingin oleh Angel.

"Angel, bolehkah saya bicara?" tanya Adi lagi.

"Silakan," ucap Angel.

Adi terlihat gugup tatkala mendengar respons Angel yang sangat amat cuek.

"To the point saja Angel, saya minta maaf ke kamu apabila ada perkataan, perbuatan saya yang pernah melukai kamu," tuturnya.

Alih-alih memberikan jawaban baik, Angel justru menjawab pertanyaan itu dengan anda ketus.

"Kemana saja? itu sudah 25 tahun lalu," tegasnya.

"Maaf Angel, selama itu saya tidak pernah punya kesempatan untuk meminta maaf langsung kepada kamu," dalih Adi.

"Sure?" tembak Angel.

"25 tahun bukan waktu yang sebentar Adi, jikalau kamu memang merasa benar-benar bersalah tidak mungkin kamu tidak berusaha mencari saya untuk meminta maaf," tambah Angel.

"Kenapa baru sekarang kamu bisa mengucap kata maaf dari mulutmu itu?" tanya Angel balik.

Adi pun hanya tertunduk mendengar jawaban dari Angel itu, sesekali ia menghela napas panjang.

"Angel."

"Sekarang saya memiliki seorang putri, Bintang namanya, usianya saat ini sama persis seperti saat kamu masih menjadi kekasih saya dulu," ucap Adi dengan jeda yang cukup panjang.

"Jika saya boleh jujur, sejak kecil putri saya sudah mengalami banyak hal yang sangat mirip dengan yang kamu alami, putri saya mengidap asma sejak kecil," lanjut Adi.

Mengetahui raut wajah Adi yang berkaca-kaca Angel pun membiarkannya menyelesaikan apa yang akan ia katakan.

"Awalnya saya beranggapan apa yang dialami putri saya hanya kebetulan mirip dengan apa yang kamu alami, namun semakin ke sini saya sadar Angel, apa yang dialami putri saya bukan hanya mirip dengan kamu."

"Tapi putri saya menanggung karma buruk perbuatan saya terhadap kamu di masa lalu," ungkap Adi dengan mata berkaca-kaca.

"Terlebih saat putri saya menemukan cinta pertamanya, ia sangat amat mencintai lelaki itu, namun apa daya si lelaki itu lebih memilih menikahi sahabat putri saya, apakah itu tidak sama dengan saya dulu yang memacari kamu bertahun-tahun hingga kamu sangat dalam mencintai saya, namun saya memilih menikahi Rose, teman baik kamu?" lanjutnya.

"Setelah itu putri saya depresi, bertahun-tahun ia mencoba melupakan laki-laki itu namun gagal, apakah momen itu tidak sama dengan kamu yang mengalami depresi selama lebih dari dua tahun saat kamu tahu saya menikah dengan Rose? Jujur Angel saat menyakiti kamu dulu saya tidak pernah merasa bahwa perbuatan saya ke kamu itu sangat amat jahat. Namun saat Bintang ada di posisi kamu, sebagai seorang ayah hati saya hancur berkeping-keping," urainya.

"Kenapa kamu menganggap apa yang terjadi dengan putrimu itu adalah karma dari apa yang kamu lakukan ke saya di masa lalu?" tanya Angel.

"Karena saya tahu Angel, kamu adalah satu-satunya wanita yang saya sakiti di masa lalu," ungkap Adi.

Merasa memiliki kesempatan yang baik untuk meluapkan amarahnya di depan Adi, sontak saja Angel mengulik kembali luka lamanya.

"Memang, saat itu saya nyaris bunuh diri karena kamu Adi, hidup saya berantakan setelah pengkhianatan yang kamu dan Rose lakukan kepada saya," ungkap Angel.

"Kamu pikir sampai detik ini rasa sakitnya sudah hilang? Tidak Adi! meski hal itu sudah 25 tahun berlalu rasa sakitnya masih sama seperti saat pertama kali kamu dan Rose sengaja mengkoyakkan hati saya," seru Angel.

"Selama 25 tahun saya diam, saya memilih untuk menyembuhkan luka hati saya yang sampai kapan pun tidak akan pernah bisa sembuh," tandasnya.

"Hatimu sebagai seorang ayah hancur tatkala ada laki-laki lain yang sengaja menyakiti putrimu, itu yang ayah saya rasakan Adi saat kamu meninggalkan saya begitu saja di IGD setelah kamu memaki saya karena saya mau mempertahankan hubungan dengan kamu," ucapnya.

"Kamu begitu jahat Adi, cara kamu menyingkirkan saya demi menghidupkan dongeng Rose begitu licik hingga merenggut masa depan saya," timpalnya.

Air mata terlihat menetes di pipi Adi, ia tak menyangka bahwa Angel masih sedendam ini padanya.

"Angel, saya minta maaf, saya tahu apa yang saya dan Rose lakukan di masa lalu sangat amat menyakiti kamu, tiada kata lain selain maaf yang patut kami ucap," ujar Adi.

"Angel, saya harap kamu sudi memaafkan saya dan Rose, saat ini putri kami Bintang sudah menikah, pernikahan Bintang tidak bahagia, ia mendapatkan suami yang tidak bisa menjalani perannya."

"Setiap hari dalam salat saya selalu menangis saat mengingat nasib Bintang dinikahi laki-laki itu, saya berharap dengan kamu memaafkan saya dan Rose, kehidupan Bintang bisa berangsur membaik, suaminya lekas sadar dan bisa menjalani perannya sebagai suami secara utuh."

"Kami mohon Angel, sudilah memaafkan saya dan Rose," pintanya.

Lihat selengkapnya