Jejak Sang Petarung: Kilas Balik Macan Hitam

yooajh
Chapter #2

#2 Jejak Sang Pemburu

Angin dingin berembus pelan, membawa aroma tanah basah setelah hujan. Di tengah hutan yang mulai diselimuti kabut tipis, dua pemuda berdiri di antara mayat-mayat yang berserakan.


Raka menatap sahabatnya, masih belum percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.


“Aku tak tahu harus terkejut atau kasihan pada mereka,” katanya sambil melirik tubuh-tubuh yang tak bergerak itu.


Pemuda di sampingnya, yang baru saja melumpuhkan mereka semua dengan tangan kosong, hanya menyeringai. Mata tajamnya masih memancarkan kilatan liar.


“Mereka hanya bernasib buruk bertemu denganku,” jawabnya santai.


Raka menghela napas. “Dan kau semakin menyeramkan setiap kali bertarung.”


Ryo—Si Macan Hitam yang kelak akan ditakuti—menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh arti.


“Aku hanya memastikan mereka tidak kembali menggangguku.”


Namun, sebelum Raka bisa membalas, suara langkah kaki terdengar dari dalam hutan. Bukan lari panik seperti para pengecut sebelumnya. Tapi langkah yang tenang dan pasti.


Ryo langsung menyadari sesuatu.


Langkah ini bukan langkah orang biasa.


Seseorang telah menunggu momen yang tepat.


Raka juga menyadarinya. Ia langsung mencengkeram gagang pedangnya, bersiap menghadapi ancaman baru.


Dari dalam kegelapan, seorang pria melangkah keluar.


Ia tinggi, tubuhnya kokoh, dan matanya tajam seperti elang yang mengamati mangsanya. Rambut hitam pendeknya sedikit acak-acakan, namun ekspresinya tenang, nyaris tanpa emosi.


Ia berdiri di hadapan Ryo dan Raka dengan sikap santai, seolah pemandangan mayat di sekelilingnya bukan hal yang asing baginya.


Dan kemudian ia berbicara.


“Kau jauh lebih menarik dari yang kudengar.”


Suara itu dalam, tenang, tapi memiliki bobot yang berbahaya.


Ryo dan Raka tidak langsung bereaksi, tetapi kewaspadaan mereka meningkat drastis.


Pria itu menyeringai tipis, tatapannya hanya terfokus pada Ryo.


“Namaku Damar,” katanya, sebelum menyilangkan kedua tangannya. “Dan aku sudah lama menunggu kesempatan ini.”


Mata Ryo menyipit.


Damar.


Nama itu bukan nama yang asing baginya.


Dan jika benar yang ia dengar selama ini… pria di hadapannya ini bukan lawan sembarangan.


Raka langsung bergerak maju, tetapi Ryo menahan lengannya.


“Aku yang akan menghadapinya,” kata Ryo tanpa mengalihkan pandangannya dari Damar.


Damar menyeringai lebih lebar.


“Bagus.”


Tanpa aba-aba, ia melesat maju dengan kecepatan yang mengejutkan.


Ryo baru saja menemukan lawan yang selama ini ia cari.


Dan pertempuran mereka akan menjadi awal dari legenda Si Macan Hitam.


Lihat selengkapnya