Langkah-langkah mereka menggema di jalanan basah, berpadu dengan gemuruh hujan yang mulai mereda. Nayla tetap diam, membiarkan pikirannya menyusun kepingan-kepingan informasi yang ia dapatkan dari dua orang di sisinya.
Mereka tidak menyebutkan nama mereka. Tidak mengungkapkan asal-usul mereka. Tapi caranya berbicara, caranya membawa diri, semuanya terlalu familiar bagi Nayla.
“Aku tahu kau pasti bertanya-tanya,” suara pemuda itu memecah keheningan. “Tapi kau tak perlu terburu-buru mencari jawaban.”
Nayla meliriknya tajam. “Jadi kalian memang menyembunyikan sesuatu.”
Si gadis tersenyum tipis. “Bukan menyembunyikan, hanya menunggu saat yang tepat.”
Langkah mereka terhenti di sebuah jembatan kecil. Air sungai mengalir deras di bawahnya, membawa sisa-sisa dedaunan yang hanyut terbawa arus. Nayla menatap bayangan dirinya di permukaan air, lalu mengangkat kepalanya.
“Kau tahu, aku tak terlalu suka permainan tebak-tebakan,” katanya dingin.
Si pemuda tertawa kecil. “Tenang saja, Nayla. Cepat atau lambat, kau akan mengerti.”
Saat itulah Nayla menyadarinya. Mereka memanggil namanya tanpa ragu, tanpa perlu bertanya lebih dulu.