Jejak sang Petarung: Warisan Macan Hitam

yooajh
Chapter #13

#13 Bayangan di Balik Kabut

Malam semakin larut. Hujan yang sejak tadi turun deras mulai mereda, meninggalkan aroma tanah basah yang menguar di udara. Di tengah heningnya malam, tiga sosok berjalan menyusuri jalan setapak yang nyaris tertutup dedaunan gugur.


Nayla melirik ke samping, memperhatikan kedua murid Ryo yang berjalan bersamanya. Mereka tampak tenang, tapi ia bisa merasakan ketegangan yang menggantung di antara mereka. Seolah ada sesuatu yang belum terucapkan.


“Jadi, ke mana tujuan kita sekarang?” tanya Nayla akhirnya, memecah kesunyian.


Si pemuda menoleh sekilas. “Ada seseorang yang harus kita temui. Dia salah satu dari sedikit orang yang masih menghormati Macan Hitam. Jika kita ingin mengetahui seberapa besar pengaruhnya masih tersisa, dia orang yang tepat untuk ditanya.”


Nayla mengerutkan kening. “Siapa orang ini?”


Si gadis yang sejak tadi diam akhirnya menjawab, suaranya terdengar lebih serius dari sebelumnya. “Kami menyebutnya Sang Peramal. Dia bukan petarung, tapi dia memiliki informasi yang bahkan para pendekar pun sulit mendapatkannya.”


Nayla tak menjawab, tapi pikirannya mulai menganalisis situasi. Jika mereka berdua mempercayai seseorang yang tidak memiliki kemampuan bertarung, itu berarti orang itu memiliki pengaruh yang lebih dalam dari sekadar kekuatan fisik.


Perjalanan mereka berlanjut dalam diam. Kabut mulai turun, menutupi pepohonan dan jalanan dengan lapisan putih yang pekat. Suasana menjadi semakin suram, seolah dunia sendiri mencoba menyembunyikan sesuatu di balik kabut itu.


Lalu, tanpa peringatan, Nayla merasakan sesuatu.


Seketika, ia berhenti melangkah, tangannya terangkat untuk memberi isyarat kepada kedua murid Ryo agar berhenti. Mereka langsung merespons, masing-masing bersiap dalam posisi bertahan.


“Apakah kau merasakannya?” bisik si pemuda.


Lihat selengkapnya