Jejak sang Petarung: Warisan Macan Hitam

yooajh
Chapter #14

#14 Jejak yang Tersisa

Angin malam berembus pelan, membawa aroma tanah basah setelah hujan ringan yang sempat turun. Nayla menajamkan penglihatannya ke arah kabut yang perlahan menipis, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan musuh mereka. Mereka menghilang begitu saja, seperti hantu.


Murid laki-laki Ryo menggeram pelan. “Mereka seperti tidak berniat benar-benar membunuh kita, hanya ingin menguji atau memperingatkan.”


Murid perempuan Ryo masih menatap ke arah di mana bayangan-bayangan itu menghilang. “Tapi siapa mereka? Dan apa yang mereka maksud dengan ‘sesuatu yang harus tetap tersembunyi’?”


Nayla berjongkok, menyentuh tanah dengan ujung jarinya. Ada bekas jejak kaki yang masih baru. Langkah mereka berat, menandakan kecepatan lari yang tinggi. Tapi satu hal menarik perhatiannya—bekas goresan kecil di tanah, seolah seseorang menyeret sesuatu yang tajam.


“Mereka meninggalkan sesuatu,” gumam Nayla, sebelum menemukan benda kecil yang hampir tertimbun tanah. Dia mengambilnya dan mengangkatnya ke arah cahaya bulan. Itu adalah pecahan kecil dari bilah pedang yang patah, ujungnya masih berkilat tajam.


Murid perempuan Ryo mendekat, matanya membesar saat melihatnya. “Aku pernah melihat ukiran seperti itu… di pedang milik orang-orang dari kelompok bayangan.”


Murid laki-laki Ryo melipat tangan di dada. “Kelompok bayangan? Maksudmu para pembunuh yang bekerja di balik layar tanpa pernah memperlihatkan identitas mereka?”


Nayla mengangguk. “Dan mereka tidak akan muncul tanpa alasan.”


Hening sesaat. Hanya ada suara daun-daun yang berguguran diterpa angin.


Murid perempuan Ryo menghela napas panjang. “Jadi ini bukan sekadar pertemuan kebetulan. Mereka tahu kita ada di sini.”


Nayla berdiri tegak. “Dan itu berarti mereka mungkin juga tahu sesuatu tentang Macan Hitam.”

Lihat selengkapnya