Di sebuah kedai kecil di pinggiran kota, Nayla duduk sendirian, matanya mengamati orang-orang yang berlalu-lalang. Cangkir teh di depannya sudah mulai dingin, tetapi ia bahkan belum menyentuhnya.
Ia menunggu.
Seperti yang ia duga, mereka muncul.
Laki-laki dan perempuan yang membuatnya penasaran.
Mereka tidak datang langsung menghampirinya, tetapi duduk di sudut ruangan, berbicara dengan suara pelan. Namun, dari sikap mereka, Nayla tahu… mereka sadar bahwa ia ada di sana.
Ia menarik napas dalam, bersiap untuk menghadapi mereka.
Karena kali ini, ia tidak akan membiarkan mereka pergi tanpa jawaban.
Nayla mencermati pergerakan mereka dengan seksama. Ia tidak terburu-buru mendekat, hanya mengamati dari kejauhan.