Jejak Semesta Kairo

Mare Jun
Chapter #2

Dua

“Kak, lagi di mana? Aku lagi masak bakso nih. Nanti abis asar ke Distrik Sepuluh ya. Makan-makan. Aku juga udah undang Fatih. Kita reuni kecil-kecilan Jejak Papyruz,” ujar Aila.

Sebenarnya aku sudah sangat kenyang setelah makan masakan Bibi Sumayyah, tapi aku sedang butuh bantuan mereka. Siapa tahu kan Aila, Rifqi, dan Fatih mau membantuku menghidupkan YouTube Jejak Papyruz atau membuat film menandingi Bang Irfan.

Jadi sekitar empat tahun yang lalu, aku bersama teman-teman di Ma’had Al-Azhar Kairo mengubah Majalah Jejak Papyruz, majalah milik pelajar Indonesia, ke versi digital berupa liputan yang diunggah ke YouTube. Syuting terakhir kami tentang campus tour bekerjasama dengan channel PPI TV. Tepatnya tiga tahun lalu saat kami masih tingkat satu. Semenjak Aila dan Rifqi menikah dua tahun yang lalu, akun YouTube Jejak Papyruz sudah tidak pernah mengunggah video terbaru. Ditambah Fatih yang aktif di PPMI (Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia) Mesir hingga kini menjabat sebagai Presiden PPMI. Namun nasibku bergantung dengan mereka. Jika aku ingin membuat film, aku membutuhkan tim. Apalagi Bang Irfan punya tim yang solid.

***

Saat Aila membuka pintu apartemennya, aku baru sadar bahwa aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Dia memakai daster rumahan berlengan panjang berwarna abu-abu dan bergo hitam. Aila masih sama seperti dulu, selalu tampil sederhana dan bahkan sekarang dia terlihat keibuan.

"Kak Mel makin cakep aja kayak artis Korea." Aila memelukku. Kakinya sedikit berjinjit untuk menggapai bahuku.

Aku tertawa. "Lebay kamu, Ai. Gara-gara mataku sipit jadi mirip artis Korea gitu?"

"Kulit Kak Mel juga putih. Jadi mendukung."

Wajahnya selalu dihiasi senyuman meskipun aku tahu ada kelelahan terpancar di kedua bola matanya. Terlihat cekungan di bawah kedua matanya. Namun tidak terlalu kentara jika dipadu dengan kulit sawo matangnya.

"Kamu kurang tidur, Ai?"

"Iya nih, Kak. Nisywah lagi rewel. Abis demam soalnya."

Aku segera menggendong Nisywah yang berjalan ke arahku. Wajahnya seperti duplikat Rifqi. Bibir tipis dan rambut minimnya. Nisywah mempunyai pembawaan yang ceria dan mudah dekat dengan orang lain. Buktinya dia mau mendekatiku meski kami sudah lama tidak bertemu. Mungkin menurun dari Aila dan Rifqi.

"Udah cocok, Mel."

Aku menengok ke samping. Seperti ada sengatan listrik di hatiku. Pria itu ... sudah lama aku tidak melihatnya. Tambah ... ganteng. Apalagi dengan potongan rambutnya yang baru, model comma haircut gitu. Padahal dia cuma memakai kemeja hitam polos yang dibalut jaket jins biru navy. Tapi menurutku, ketampanan pria meningkat saat memakai baju berwarna hitam. Astagfirullah, Melati! Awas jangan keceplosan, nanti dia bisa besar kepala!

Lihat selengkapnya