Kami tiba di depan restoran berwarna merah dengan lampion tergantung di kedua sisi pintu masuk. Restorannya tidak terlalu besar, ukurannya mirip dengan toko sayuran di samping kanannya. Dari pintu kaca, terlihat beberapa orang Cina di dalam. Aku baru tahu bahwa di sekitar sini lumayan banyak orang Cina. Meskipun ada juga orang-orang Mesir yang makan di sini.
Kami memilih meja di pojokan, di samping jendela kecil tempat sang koki memberikan pesanan kepada pelayan.
"Menunya mirip sama rumah makan Cina di Bu'uts," komentarku saat membuka buku menu.
"Oh, aku pernah ke sana sekali diajak teman. Tapi bukannya di sana nggak ada hot pot?" tanya Kenzie.
Aku mengangguk. "Biasanya masisir beli mie goreng dan rebus. Oh iya, sama tumis tofu. Padahal acar timunnya juga enak."
"Kalian pesan apa aja. Bebas," ujar Kenzie.
"Aku terserah kalian. Pilihkan saja yang enak," ucap Ruqa.
Kenzie memanggil pelayan. "Saya pesan Sichuan hot and sour soup, daging, ayam, udang, jamur. Terus pesan stir fried tofu with veggies, beef dumplings, dan salad timun."
"Nggak kebanyakan?" Aku membayangkan banyaknya makanan yang disajikan, padahal kami baru saja menyantap maqlouba.
"Kita kan abis jalan jauh. Nanti jalan lagi ke stasiun metro. Butuh tenaga." Kenzie tersenyum.
Ruqa yang duduk di sampingku terus menyenggolku. Sementara aku hanya mendengarkan celotehan Kenzie yang duduk di depanku sambil meminum teh khas Cina yang sampai sekarang aku tidak tahu namanya. Teh ini biasa disajikan di atas meja, di restoran-restoran Cina. Warnanya kuning, mirip teh herbal anise yang rutin kuminum.
Aku paham maksud Ruqa, tapi bukankah lebih enak jika membicarakannya saat makan? Bisa saja Kenzie lebih jinak. Aku sengaja bertanya-tanya kepadanya soal kuliahnya supaya dia terhanyut dalam pembicaraan.
"Oh iya, kamu tinggal di Dokki?" tanyaku. Pembicaraan kami didominasi dengan Bahasa Inggris supaya Ruqa tidak mengomel dan tidak merasa kami mengabaikannya.
Kenzie mengangguk. "Aku tinggal bersama om-ku yang bekerja sebagai staf KBRI. Kebetulan anaknya juga sekolah di SIC." (Sekolah Indonesia Cairo).
Kemudian makanan yang kami pesan pun datang. Aku dan Ruqa sibuk membantu Kenzie untuk memasukkan isian hot pot saat air di dalam panci besar mengepul. Di tengah-tengah, Kenzie memesan sayuran untuk melengkapi isian yang didominasi dengan daging. Lalu dia mengecilkan api pada kompor saat sudah terlihat matang.