Sudah sebulan aku belum memikirkan soal film dokumenter, karena aku harus menghadapi ujian termin satu. Sebenarnya sebulan dari sebelum ujian aku sudah mempelajari ulang seluruh diktat, tapi aku butuh dua minggu untuk menghafal. Akhirnya setelah dua minggu ujian tulis, hari ini kami menyelesaikan ujian terakhir..
"Sehabis ujian, apa yang kalian rencanakan?" tanyaku kepada Ruqa dan Rana sewaktu kami berjalan keluar gedung baru menuju tangga keluar kampus.
"Aku mau menonton film Indonesia yang pernah kamu rekomendasikan. Ketika Cinta Bertasbih," sahut Rana.
Aku mengerutkan dahi. "Memangnya kamu paham Bahasa Indonesia?"
"Aku menemukan English subtitles-nya. Kudengar Shaima menemukan Arabic subtitles. Mama akan membuatkan makanan lezat sebagai perayaan berakhirnya ujianku beserta adik-adikku. Kalian mau ikut?"
Ruqa menggeleng. "Aku sudah janji akan mengantar bibiku berbelanja. Dia menginginkan jaket musim dingin yang baru. Oh iya, bukankah kamu juga ingin berbelanja di Abbas El-Akkad?" Dia menengok ke arahku.
"Nanti saja. Aku hanya ingin tidur. Saat ujian Adab dan Mawarits, aku baru tidur tiga jam." Aku menguap. Aku memang selalu meniatkan untuk tidur panjang setelah ujian. Apalagi di ujian termin satu bertepatan dengan musim dingin yang sangat nyaman untuk tidur lama.
"Bukankah kamu sudah menyiapkan ujian sebelumnya? Sampai kamu tidak hadir muhadarah di Masjid Mostafa Mahmoud. Saat kutanyakan soal project film, kamu beralasan untuk fokus ujian," ujar Ruqa.
"Tetap saja aku harus mengulang minimal dua-tiga kali semua diktat kuliah. Aku tidak sepintar kalian dalam berbahasa Arab. Pokoknya kalian tidak boleh menggangguku. Aku mau tidur," pungkasku.
Rana yang berjalan ke arah kanan menuju Distrik Enam hanya menggelengkan kepala, “Aku duluan.” Dia melambaikan tangan. Sedangkan aku dan Ruqa berjalan menuruni tangga di gang kecil.
"Kamu sudah berjanji akan memikirkan soal project film setelah ujian."
Arrghh! Kok jadi dia sih yang berambisius?! Harusnya aku yang kalang kabut karena sisa waktu semakin sempit, sedangkan aku belum sama sekali memulai project film.
"Kamu dengan Ken sudah berbaikan, kan? Bahkan aku curiga kalian sudah saling menyukai. Sampai dia memesankan taksi online buat kita sepulang dari Observatorium Kottamia sebulan yang lalu. Biaya taksi online dari Mohandessin ke Distrik Tujuh itu mahal, Melati."
"Dia itu hanya memaafkanku, tapi dia tidak sudi untuk menjadikanku partner dalam project film. Aku rasa dia hanya mempermainkanku."
"Mungkin kamu meminta maaf kurang tulus kepadanya."
"Kurang tulus apanya, Ruqa? Aku sudah membantunya menjadi kameramen. Kamu sudah lihat video yang dia unggah di akun YouTube-nya? Bagus, kan hasilnya?"
"Aku dengar Jumat depan akan ada muhadarah di Masjid Mostafa Mahmoud. Kita harus ke sana."
"Kenapa kamu terobsesi dengan Ken?"