Jejak Semesta Kairo

Mare Jun
Chapter #15

Lima Belas

Kalau aku mengusir Kenzie dan memarahinya supaya jangan menawariku untuk mengantar pulang, dia akan marah. Aduh, aku sudah seperti memelihara burung merpati. Namun aku juga enggan Fatih berasumsi yang aneh tentang perkataan Kenzie.

"Oh iya, Kenzie ini satu-satunya orang Indonesia yang ikut komunitas ASMM. Pasti kalian udah saling kenal ya,” ujarku sambil menunjuk Fatih dan Kenzie.

“Kalian ke wisma barengan?” tanya Fatih.

Baru saja aku ingin membuka mulut untuk mengklarifikasi bahwa kami tak sengaja bersama, tapi Kenzie sudah berkata, “Iya, tadi kita barengan karena kebetulan Melati juga mau ke wisma.”

Aduh! Pasti Fatih berasumsi aneh. Meskipun kami tidak berpacaran, kami berdua saling tahu perasaan masing-masing pasca kejadian setahun yang lalu karena Ayah.

"Jadi Fatih, temanku sewaktu di Ma'had. Dia juga kru Jejak Papyruz, sama kayak Rifqi dan istrinya," ujarku untuk mengalihkan pembicaraan.

"Aku tahu kok. Aku kan udah nonton vlog kalian. Aku lihat Fatih sering muncul di vlog kalian,” sahut Kenzie.

Dulu Fatih itu jadi strategi marketing kami untuk mempopulerkan akun Jejak Papyruz. Dengan tampang setampan Fatih, kami yakin akan menggaet banyak penonton dan terbukti sukses.

Bagaimana nih? Kalau aku menolak tawaran Kenzie untuk diantar pulang, dia pasti tersinggung dan akan menolak proposal kerjasama. Jika aku menerima tawaran Kenzie, aku tidak mau menjadi buah bibir, ditambah Fatih akan berasumsi bahwa aku tertarik dengan Kenzie. Lalu aku melihat secercah cahaya. Salah satu teman apartemenku berjalan melewatiku dan aku memanggilnya.

"Tih, Ken, aku pulang duluan ya. Mau barengan sama temen syaqah[1]." Aku melambaikan tangan.

Akhirnya aku selamat. Aku memang jarang pergi ke mana pun dengan teman satu apartemen. Penyebabnya lima orang penghuni apartemenku rata-rata mahasiswi tingkat satu dan dua. Jadi mereka banyak yang sibuk berorganisasi dan tidak sepertiku.

***

Setelah empat hari dari pertemuaku dengan Kenzie, aku mendapatkan pesan darinya tentang jawaban atas tawaranku. Tentu saja aku segera memperlihatkannya kepada Ruqa saat kami sedang berjalan keluar kelas di lantai tiga gedung baru.

Kenzie: Aku setuju kita kerjasama. Tapi aku punya beberapa syarat. Aku udah bikin kontrak soal kerjasama ini. Besok setelah muhadarah di Masjid Mostafa Mahmoud kita ketemuan.

Aku menerjemahkan semuanya kepada Ruqa.

"Kenapa harus pake kontrak? Dia benar-benar menyulitkan kita!" ujarku berapi-api. Sudah dia lama sekali memberi jawaban, eh dia minta yang aneh-aneh. Memangnya kita kerja di perusahaan pakai kontrak segala?

"Dia menyulitkan kita karena kamu pernah menolaknya. Coba waktu itu kamu tidak bersikap angkuh. Dia pasti tidak begini."

"Aku sudah meminta maaf kepadanya berkali-kali, Ruqa. Apa kurang cukup? Bahkan Jumat pekan lalu saat di syaqah-nya untuk berdiskusi soal ini, aku sudah meminta maaf lagi."

"Tunggu, kamu melupakan sesuatu saat menceritakan soal diskusimu dengan Ken. Kamu berduaan di syaqah-nya?"

"Kamu kira aku perempuan macam apa? Ken itu tinggal bersama om-nya yang bekerja di Kedutaan Indonesia beserta keluarganya. Ada tantenya di syaqah."

Lihat selengkapnya