Jejak Semesta Kairo

Mare Jun
Chapter #19

Sembilan Belas

Usai salat magrib, layar ponselku berkedip-kedip. Tertulis nama Kenzie di sana.

"Mel, hari Jumat kita syuting untuk project film Astronomi Islam. Aku udah hubungin kenalanku yang di Kajian Ilmu Falak dulu. Namanya Kak Rayyan. Dia setuju mau kerjasama. Aku kirimin ya skrip yang udah aku susun lewat e-mail. Waktu itu kamu ngirim skripnya masih berantakan karena konsepnya masih ngawang."

Aku tertawa. "Makasih ya, partner. Oh iya, lokasi syutingnya di mana?”

"Di sekitar Masjid Amru bin As. Nanti kita ketemuan di Stasiun Metro Mar Girgis aja. Dari pagi ya. Nanti aku sekalian salat Jumat di sana."

Mumpung hari ini masih hari Rabu, aku masih ada kesempatan untuk mempelajari skripnya. Lebih baik aku membacanya dulu sebelum nanti menjelaskannya kepada Ruqa.

Ternyata Kenzie mengonsep filmnya terfokus kepada kegiatan Kajian Ilmu Falak dan ASMM. Makanya dia menjadikan Kak Rayyan dan Amr sebagai bintang utama. Aku baru mengerti kenapa Jumat nanti akan syuting di komplek Masjid Amru bin As.

Pertama, Kak Rayyan akan memperkenalkan ulama astronomi yang bernama Ibnu Yunus. Nah, Ibnu Yunus lahir di Kota Fustat. Saat aku mencari Kota Fustat yang sekarang dari internet berada di Babylon Fortress dekat dengan Gereja Mar Girgis sampai ke Bukit Mokattam. Selain itu kami juga akan syuting di Old Cairo, yaitu sekitar Bab El-Futuh dekat dengan Kuliyah Banin Al-Azhar untuk sesi kedua.

Kedua, kami akan menghitung arah kiblat di masjid-masjid sekitar seperti yang Kajian Ilmu Falak lakukan dulu.

Untuk kegiatan ASMM meliputi kajian atau seminar yang rutin kami lakukan di Masjid Mostafa Mahmoud hanya satu sesi saja. Lalu ada kegiatan rukyat hilal di Observatorium Helwan dan melihat meteor shower. Rasanya aku tidak sabar untuk melakukan semuanya!

Aku segera menulis pesan kepada Fatih tentang rencana ini dan besok aku akan presentasi di depan Ruqa setelah kuliah.

***

Fatih: Mel, sori banget hari ini aku ada kegiatan PPMI, jadi nggak bisa ikut.

Di pagi hari ini, Fatih baru menjawab pesanku dua hari yang lalu. Aku sudah menduga hal ini akan terjadi. Jadi ya sudahlah. Lagi pula Fatih sendiri yang memaksa ingin kontribusi.

Berhubung Ruqa tidak bisa hadir karena bibinya mengajak pergi, jadi hanya ada aku, Kenzie, dan Kak Rayyan.

"Ada perempuan bersamamu?" Ruqa meneleponku saat aku menunggu kereta metro datang di Stasiun Al-Shohadaa, Ramsis, tepatnya di line satu.

"Partner di project ini perempuannya hanya aku dan kamu."

Lihat selengkapnya