Jejak Semesta Kairo

Mare Jun
Chapter #24

Dua Puluh Empat

"Pasti ada yang terjadi antara kamu dengan Ken," ujar Ruqa saat kami di perjalanan pulang menaiki bus.

"Nggak ada apa-apa. Dia hanya berbicara aneh."

Ruqa melirikku dengan tajam seolah aku berbohong.

"Aku nggak berbohong." Aku mengembuskan napas. "Oke, aku bercerita kalau aku ingin haji tapi aku ingin ke sana dengan mahram sungguhan, bukan palsu seperti yang dilakukan beberapa mahasiswi Indonesia. Ken menawariku menjadi mahramnya. Bahkan dia bilang ingin menjadi mahramku sesungguhnya."

Ruqa tertawa. Rasanya sudah lama aku tidak melihatnya tertawa lepas. Namun dia buru-buru membungkam mulutnya.

"Sudah kuduga. Apa kubilang, kemungkinan Ken menyukaimu sangat besar."

"Jangan asal ngomong. Ken hanya hobi menggombali perempuan." Aku berdecak dan memalingkan wajah ke jendela. Lebih baik aku mengamati pemandangan gedung-gedung apartemen dan pepohonan yang dedaunannya gugur akibat musim dingin.

"Sebenarnya saat aku ke toilet, aku bertemu Fatih."

Aku segera menoleh ke arah Ruqa.

"Tadinya aku ingin menghalanginya dan mengajaknya berbicara, tapi aku takut salah bicara. Jadi aku membiarkannya pergi. Dia melihatku dan hanya mengucapkan salam."

Buat apa Fatih ke restoran Malaysia? Apa dia bekerja lagi di sana? Setahuku mustahil dia mempunyai waktu untuk bekerja. Pasti sulit baginya mengimbangi waktu untuk kuliah dan organisasi, meskipun sebentar lagi dia akan serah terima jabatan.

Fatih berbeda dari kebanyakan masisir yang sibuk berorganisasi, dia tetap rajin masuk kuliah. Begitu pun dulu saat dia masih kerja sambilan. Bahkan yang aku dengar dari Rifqi, Fatih pernah dipecat dari vila tempat dia bekerja lantaran dia izin tidak masuk kerja untuk mempersiapkan ujian termin satu. Padahal gaji yang didapatkan di sana cukup besar.

"Sudahlah jangan dipikirkan. Biar Fatih dengan urusannya sendiri," ucapku.

"Kamu tidak sedih, Fatih tidak ikut syuting lagi?"

"Dari awal aku memulai tanpanya. The show must go on."

"Aku suka dengan semangatmu." Ruqa menepuk pundakku.

***

Kenzie: Mel, kita diundang sama Mostafa ke apartemen kakaknya di Ghamra. Nanti jam satu hari Jumat kita ke sana.

Itu pesan dari Kenzie di hari Rabu, dua hari yang lalu. Semenjak dia mengatakan hal aneh di Jumat pekan lalu, aku agak menjaga jarak. Sebenarnya aku ingin menanyakan, bukannya keluarga Mostafa itu berada di Abbud? Kenapa malah ke apartemen kakaknya? Tapi aku hanya menjawab "iya" saja.

Kini aku dan Ruqa sudah tiba di Ramsis. Kami menaiki taksi menuju Ghamra. Sebenarnya tidak jauh dari Ramsis. Namun apartemen kakaknya Mostafa itu masuk ke dalam dan lumayan jauh.

Kenzie mengirim pesan bahwa dia menunggu di depan Ataraat (toko menjual rempah-rempah). Katanya patokan gedungnya memang ada toko Ataraat dengan plang berwarna kuning.

Kenzie berdiri di depan mobil SUV yang nomor plat sepertinya milik om-nya. Warnanya pun sama seperti yang sebelumnya dia bawa, yaitu hitam.

"Ayo, kita langsung ke atas," ajak Kenzie.

Lihat selengkapnya